tag:blogger.com,1999:blog-37473275069333747432023-07-17T21:54:15.125-07:00ANDI GUNAWAN FORESTER IPBMARI JAGA HUTAN KITA UNTUK KELANGSUNGAN HIDUP KITA DAN ANAK CUCU KITAANDI GUNAWANhttp://www.blogger.com/profile/02380621653099910533noreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-3747327506933374743.post-79890175133060911712012-03-22T06:32:00.000-07:002012-03-22T06:32:02.402-07:00FORUM KITA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">HOW ABOUT U FOR FOREST IN INDONESIAN?</div>ANDI GUNAWANhttp://www.blogger.com/profile/02380621653099910533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3747327506933374743.post-76704675333464721582011-02-15T04:38:00.000-08:002011-02-15T04:38:31.768-08:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div id="site-description"> <h2> "I Love You EARTH" </h2></div><div class="main-title"> <h3>Ketika Hutan Lindung Jadi Kota</h3><div class="post-date"> <span>23 Januari 2011</span> </div></div><div class="post-meta post-author-and-comments"> <div class="post-author">Written by <strong>syaefusay</strong></div></div><div class="entry"> <div class="pd-rating" id="pd_rating_holder_3675988_post_37" style="display: inline-block;"><span style="float: left;"> </span><div id="rating_info_3675988_post_37" onclick="javascript:PDRTJS_3675988_post_37.togglePopup();return false;" style="background: url("http://i0.poll.fm/images/ratings/info.png") no-repeat scroll 3px 2px transparent; cursor: pointer; display: block; float: left; height: 16px; width: 16px;"><span style="display: none;">i</span></div><span style="clear: both;"> </span><div id="PDRTJS_3675988_post_37_msg" style="float: left; padding-left: 5px; text-align: left;">Rate This</div><img alt="Quantcast" border="0" height="1" src="http://pixel.quantserve.com/pixel?a.1=p-18-mFEk4J448M&a.2=p-ab3gTb8xb3dLg&labels.1=type.polldaddy.rating" style="display: none;" width="1" /></div><script charset="utf-8" type="text/javascript">
<!--//--><![CDATA[//><!--
PDRTJS_settings_3675988_post_37={"id":3675988,"unique_id":"wp-post-37","title":"Ketika Hutan Lindung Jadi Kota","permalink":"http:\/\/syaefusay.wordpress.com\/2011\/01\/23\/ketika-hutan-lindung-jadi-kota\/","item_id":"_post_37"}
//--><!]]>
</script><br />
<br />
<div class="wp-caption alignright" id="attachment_70" style="width: 310px;"><a href="http://syaefusay.files.wordpress.com/2011/01/hutan.jpg"><img alt="hutan lindung" class="size-medium wp-image-70" height="190" src="http://syaefusay.files.wordpress.com/2011/01/hutan.jpg?w=300&h=190" title="hutan" width="300" /></a><div class="wp-caption-text">Hutan Lindung</div></div>Hutan lindung merupakan suatu kawasan yang bertujuan melindungi tata air dan tanah pada kawasan tersebut dan sekitarnya. Pada hakikatnya, hutan lindung adalah sebagai tempat pengembangan daerah konservasi untuk memelihara kelestarian alam serta perlindungan terhadap hewan liar dan satwa langka. Perlu diketahui bahwa pengembangan daerah konservasi merupakan pengembangan suatu daerah atau kawasan sebagai tempat penelitian, pendidikan, dan daerah wisata dengan tujuan utama yaitu melestarikan serta melindungi flora dan fauna dari kepunahan.<span id="more-37"></span><br />
Hutan lindung merupakan suatu hal yang sangat penting dan tak boleh disia-sia kan apalagi di telantarkan dalam urusan lingkungan hidup. Karena sesungguhnya hutan lindung sangat berperan dalam kelestarian alam di bumi ini. Namun dalam peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, banyak sekali hutan lindung yang rusak, tak terawat, bahkan ada yang fungsinya dialihkan untuk menjadi sebuah kota. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang cepat mengakibatkan peningkatan dan perluasan kebutuhan berbagai sumber daya alam dan lingkungan.<br />
Dalam pemanfaatannya, banyak kawasan hutan lindung yang digunakan untuk daerah pemukiman, akibatnya berkuranglah luas suatu habita. Hal ini tak boleh dibiarkan dan harus dihentikan demi terciptanya kehidupan di bumi yang aman, nyaman, dan permai.<br />
</div></div>ANDI GUNAWANhttp://www.blogger.com/profile/02380621653099910533noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3747327506933374743.post-56219002514224370532011-01-02T07:14:00.000-08:002011-01-02T07:14:41.971-08:00HUTAN-HUTAN INDONESIA: APA YANG DIPERTARUHKAN1.1. Hutan Tropis Seratus Juta Hektar<br />
Sebagian dari hutan tropis terbesar di dunia<br />
terdapat di Indonesia. Dalam hal luasnya, hutan<br />
tropis Indonesia menempati urutan ketiga setelah<br />
Brasil dan Republik Demokrasi Kongo (dulunya<br />
Zaire) dan hutan-hutan ini memiliki kekayaan<br />
hayati yang unik. Tipe-tipe hutan utama di Indonesia berkisar dari hutan-hutan Dipterocarpaceae<br />
dataran rendah yang selalu hijau di Sumatera dan<br />
Kalimantan, sampai hutan-hutan monsun<br />
musiman dan padang savana di Nusa Tenggara,<br />
serta hutan-hutan non-Dipterocarpaceae dataran<br />
rendah dan kawasan alpin di Irian Jaya (kadang<br />
juga disebut Papua). Indonesia juga memiliki<br />
hutan mangrove yang terluas di dunia. Luasnya<br />
diperkirakan 4,25 juta hektar pada awal tahun<br />
1990-an.<br />
Sebagian besar habitat ini menghadapi<br />
ancaman kritis. Saat ini Indonesia kehilangan<br />
sekitar 2 juta hektar hutan setiap tahun. Skala<br />
dan laju deforestasi sebesar ini belum pernah<br />
terjadi sebelumnya. Organisasi-organisasi<br />
lingkungan kadangkala dituduh melebih-lebihkan<br />
kekhawatiran mereka mengenai kerusakan yang<br />
akan segera terjadi. Dalam kasus Indonesia,<br />
berbagai prediksi bencana akibat hilangnya habitat dan penurunan jumlah spesies tidak dibesarbesarkan. Survey terbaru dan yang paling diakui<br />
hasilnya mengenai tutupan hutan Indonesia<br />
memprediksikan bahwa hutan-hutan<br />
Dipterocarpaceae dataran rendah – habitat tropis<br />
yang paling kaya – akan lenyap dari Sumatera dan<br />
Kalimantan pada tahun 2010 jika kecenderungankecenderungan saat ini tetap tidak dicegah<br />
(Holmes, 2000).<br />
1.2. Kekayaaan Alam yang Sedang<br />
Menuju Kepunahan<br />
Meskipun luas daratan Indonesia hanya 1,3 persen<br />
dari luas daratan permukaan bumi,<br />
keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya luar<br />
biasa tinggi, meliputi 11 persen spesies tumbuhan<br />
dunia, 10 persen spesies mamalia, dan 16 persen<br />
spesies burung (Lihat Gambar 1.1. Kekayaan<br />
Biotik). Sebagian besar dari spesies ini berada di<br />
dalam hutan-hutan Indonesia.<br />
Sekitar 17.000 pulau di Indonesia terbentang<br />
antara kawasan Indomalaya dan Australasia;<br />
Kepulauan Indonesia memiliki tujuh kawasan<br />
biogeografi utama dan keanekaragaman tipe-tipe<br />
habitat yang luar biasa. Banyak pulau yang<br />
terisolasi selama ribuan tahun, sehingga tingkat<br />
endemiknya tinggi. Sebagai contoh, dari 429<br />
spesies burung endemik lokal, 251 di antaranya<br />
adalah spesies unik yang terdapat di suatu pulau<br />
tertentu saja. Sebagian besar serangga Indonesia<br />
juga tidak ditemukan di tempat lain, dan sebagian<br />
marga berada terbatas pada puncak-puncak<br />
pengunungan tertentu. Tiga lokasi utama yang<br />
merupakan pusat kekayaan spesies di Indonesia<br />
adalah Irian Jaya (tingkat kekayaan spesies dan<br />
endemisme tinggi), Kalimantan (tingkat kekayaan<br />
spesies tinggi, endemisme sedang), dan Sulawesi<br />
(tingkat kekayaan spesies sedang, endemisme<br />
tinggi).ANDI GUNAWANhttp://www.blogger.com/profile/02380621653099910533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3747327506933374743.post-9537799316986659772010-12-08T20:54:00.000-08:002010-12-08T20:54:23.492-08:00Hutan lindung Surabaya masih kekurangan jutaan pohon bakau<table border="0"><tbody>
<tr><td><div class="f_date m10_top"><br />
</div></td><td> <div align="right" valign="middle"> <span style="color: #666666;">Ukuran Huruf </span><a href="javascript:decreaseFontSize();"><img alt="Decrease Font Size" src="http://www.primaironline.com/images/font-dec.gif" style="border: 0px none;" /></a> <a href="javascript:increaseFontSize();"><img alt="Increase Font Size" src="http://www.primaironline.com/images/font-inc.gif" style="border: 0px none;" /></a></div></td></tr>
</tbody></table><div class="m10_top"> <div class="back_gray fleft1"> <div> <img class="magnify" data-magnifyby="2.0" height="220" src="http://www.primaironline.com/images_content/2009118Hutan%20bakau.jpg" style="cursor: url(magnify.cur), -moz-zoom-in;" width="300" /> </div><div class="m5"> Hutan bakau (swarabumi.wordpress.com)</div><script language="javascript" src="http://www.primaironline.com/berita/script.js" type="text/javascript">
</script> </div></div><strong>Surabaya</strong> - Hutan lindung di pesisir pantai timur Surabaya kekurangan sekitar 7,6 juta pohon bakau karena minimnya kepedulian masyarakat untuk memperhatikan kawasan tersebut.<br />
<br />
"Selama Januari 2009 hingga kini pemerintah Surabaya sudah menanam sebanyak 50.000 batang pohon bakau dan kalangan swasta baru 1.000 batang," kata Kepala Bidang Pertanian Kehutanan Dinas Pertanian Kota Surabaya, Syaiful Arifin, saat ditemui ANTARA di Surabaya, Minggu.<br />
<br />
Menurut dia, penanaman bakau di sepanjang pantai sangat membantu kota ini dari segala ancaman bencana alam yang ditimbulkan akibat gelombang air laut.<br />
<br />
"Tiap penanaman bakau seluas 50 meter persegi dengan ketinggian tanaman 10 meter, dapat menurunkan sekitar 1 meter gelombang air laut," ujarnya.<br />
<br />
Sementara, jelas dia, sejak tahun 2004 sampai sekarang pihaknya telah menanam 1,8 juta batang. Akan tetapi, khusus antara Januari dan Oktober pemerintah sudah menanam sekitar 50.000 batang.<br />
<br />
"Kami berharap ada pihak lain yang peduli dengan nasib hutan bakau di Surabaya. Kalau kalangan swasta, hingga kini mereka sudah menanam 1.000 batang," katanya.<br />
<br />
Sementara itu Ketua Pembangunan Pos Pantau Mangrove Gunung Anyar, Yoyon S, menyebutkan, pentingnya penanaman bakau itu karena kondisi hutan seluas 1.200 hektare ini sejak tahun 2004 mengalami kerusakan sebanyak 40 persen.<br />
<br />
"Untuk itu beberapa waktu lalu kami sudah merevitalisasi kawasan itu dengan luas area 800 hektare," katanya.<br />
<br />
Terkait rencana kerja tahun depan, ia mengaku, membangun "Mangrove Information Center/MIC" di kawasan itu meliputi pendirian tiga unit menara pengawas dan jalan yang menghubungkan daerah Wonorejo dan Gunung Anyar. "MIC itu rencananya dibangun di area seluas 1.600 hektare," katanya.<br />
<br />
Di sisi lain, tambah dia, masyarakat Jatim perlu bangga karena dari total luas hutan bakau di dunia sekitar 18 juta hektare negara ini memiliki 25 persennya. "Di Indonesia, sebanyak 1,3 juta hektare berada di Papua Barat. Selain itu, sisanya menyebar di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sumatra bagian timur, dan Surabaya," katanya.ANDI GUNAWANhttp://www.blogger.com/profile/02380621653099910533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3747327506933374743.post-62230726594240585122010-12-08T20:51:00.001-08:002010-12-08T20:51:37.674-08:00Menhut: 70 Persen Hutan Bakau Indonesia Rusak<div class="news-post"><h1 class="news-title"><br />
</h1><div class="post-content" style="margin-top: 20px;">Banda Aceh (ANTARA News) - Lebih kurang 70 persen dari 9,4 juta hektare luas potensial mangrove (hutan bakau) di seluruh Indonesia rusak akibat masih banyaknya masyarakat yang belum paham tentang pentingnya ekosistem.<br />
<br />
"Kita juga mengalami keterbatasan sumberdaya, baik manusia maupun dana sehingga rehabilitasi hutan mangrove belum sepenuhnya memulihkan dan mempertahankan kondisi serta mengimbangi laju kerusakan yang terjadi," kata Menteri Kehutanan (Menhut) MS Kaban pada peresmian gedung Pusat Informasi Mangrove di Banda Aceh, Selasa.<br />
<br />
Peresmian tersebut dihadiri Duta Besar Korea untuk Indonesia Sun Jin Lee, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Panglima Kodam Iskandar Muda Mayjen TNI Supiadin, Kapolda Aceh Irjen Pol Rismawan, Kepala kejaksaan Tinggi Aceh Abdul Jalil Mansur dan sejumlah kepala dinas di jajaran Pemerintah Aceh.<br />
<br />
Ia menyatakan, menurut penelitian para ahli, hutan bakau memiliki fungsi penting menjaga daratan dari keganasan ombak. Hutan bakau selebar 200 meter dengan kerapatan yang memadai dapat meredam kekuatan gelombang pasang termasuk gelombang tsunami setinggi 30 meter hingga 50 persen.<br />
<br />
Mangrove juga dapat menyediakan hasil hutan berupa kayu dan menjadi habitat makhluk hidup lainnya dan berpotensi menjadi kawasan wisata alam.<br />
<br />
Namun pemikiran beberapa lainnya menyatakan bahwa akan lebih menguntungkan jika hutan bakau dikonversi menjadi tambak, tetapi hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengenmabgan (Litbang) Kehutanan Departemen Kehutanan menyebutkan pengurangan satu hektar hutan bakau menjadi tambak akan menghasilkan 247 Kg ikan/ tahun, tetapi akan menyebabkan pengurangan produksi ikan tangkapan sebanyak 840 Kg ikan/tahun. <br />
<br />
"Gambaran tersebut menjelaskan proporsi ekonomis tertinggi dari mangrove apabila tetap dipertahankan sebagai kawasan lindung karena akan menurunkan produktivitas tangkapan secara keseluruhan," katanya.<br />
<br />
Karena itu, pengembangan budidaya tambak harus dilakukan dengan hati-hati sehingga fungsi konservasi yang berjangka panjang dengan fungsi produktif ekonomis dalam jangka pendek dapat dipadukan, sehingga fungsi mangrove dapat tetap dipertahankan.<br />
<br />
Dikemukakannya bahwa salah satu terjadinya degradasi hutan mangrove di Indonesia disebabkan masih banyaknya masyarakat yang belum memahami pentingnya ekosistem hutan mangrove baik untuk menjaga lingkungan maupun manfaatnya bagi kehidupan.(*)</div></div>ANDI GUNAWANhttp://www.blogger.com/profile/02380621653099910533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3747327506933374743.post-14770877436587551622010-12-06T06:34:00.001-08:002010-12-06T06:34:23.841-08:00Tips Ketika Tersesat di Hutan atau Gunung<h1 class="title"><br />
</h1><div class="field field-type-filefield field-field-foto-artikel"> <div class="field-items"> <div class="field-item odd"> <a class="imagefield imagefield-lightbox2 imagefield-lightbox2-Img_Post
imagefield-field_foto_artikel imagecache imagecache-field_foto_artikel
imagecache-Img_Post imagecache-field_foto_artikel-Img_Post
lightbox-processed" href="http://www.himpalaunas.com/sites/default/files/imagecache/Original/SDC15303.JPG" rel="lightbox[allnodes][Tips Ketika Tersesat di Hutan atau Gunung]"><img alt="Tips Ketika Tersesat di Hutan atau Gunung" height="199" src="http://www.himpalaunas.com/sites/default/files/imagecache/Img_Post/SDC15303.JPG" title="pembuatan bivak
(bcs)" width="300" /></a> </div></div></div>HIMPALAUNAS.COM, JAKARTA - Banyak kejadian sesorang atau kelompok tersesat di hutan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tetapi bila kita mengetahui teknik survival, tidak perlu takut. Survival adalah suatu teknik seni bertahan hidup di alam terbuka dengan menghadapi kondisi atau keadaan yang tidak menentu. Sedangkan orang yang melakukan survival disebut Survivor.<br />
Survival yang terdiri dari delapan huruf mempunyai arti tersendiri. Definisi Survival terkandung dalam singkatan kedelapan huruf tersebut, yaitu :<br />
<br />
S = Sadari, Sadari diri sendiri.<br />
U = Untung dan rugi ada pada diri sendiri.<br />
R = Rasa takut dan putus asa hilangkan.<br />
V = Vacum, isilah kekosongan.<br />
I = Ingat dimana anda berada.<br />
V = Viva, hargailah hidupmu.<br />
A = Adat istiadat setempat harus dipatuhi.<br />
L = Latih dan belajarlah selalu.<br />
<br />
sebagai penekanan, yaitu perlu adanya doa sebagai penguat batin survivor dan ketabahan hati guna mencapai keselamatan dan sampai pada tujuan yang diharapkan.<br />
Dalam keadaan tersesat ada Pedoman yang harus selalu diperhatikan dan harus selamanya diingat oleh semua orang yang biasa melakukan perjalanan jauh yaitu STOP yang merupakan kependekan dari :<br />
<br />
S = STOP / SEATING, Berhenti dan beristirahatlah, jangan panik.<br />
T = THINKING, Berfikir positif dan selalu sadar akan keadaan yang sedang dihadapi.<br />
O = OBSERVE, Amati keadaan disekitar, tentukan arah, manfaatkan alat-alat yang ada dan hindari hal-hal yang tidak perlu.<br />
P = PLANING, Buat keputusan dan perencanaan yang akan dilakukan dengan memikirkan konsekuensinya.<br />
<br />
Dalam melakukan survival seseorang harus mempunyai sikap dan mental yang mendukung survival, Ada beberapa pedoman yang harus diingat apabila anda ingin mencari jalan keluar jika tersesat yaitu :<br />
Pertama, Usahakan kembali ke jalan semula. Apabila anda sudah merasa tersesat, usahakan kembali ke jalan semula (yang sebelumnya anda lewati). Untuk mempermudah apabila melintasi hutan yang belum pernah anda lewati, gunakanlah string text, string line, atau penunjuk arah (pemberi jejak) yang lain yang bisa ditempatkan pada pohon, ranting, atau tanah. Hal ini juga mempermudah penolong dalam mengetahui keberadaan anda.<br />
<br />
Kedua, Mengikuti jalan di punggungan, jangan di lembah. Apabila anda berada di punggungan akan lebih mudah terlihat oleh orang lain dari pada di lembah. Biasanya jalur pendakian dibuat di punggungan.<br />
<br />
Ketiga, Jangan mengikuti arah sungai. Karena sungai merupakan sumber kehidupan, dan merupakan tempat minum binatang liar. Disarankan turun ke sungai hanya untuk mengambil air saja.<br />
Apabila keadaan memaksa anda untuk tidak mungkin kembali maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :<br />
<br />
Keempat, Membuat tempat berlindung. Hal ini sangat penting untuk melindungi kita dari hujan dan panas. Ada beberapa macam tempat berlindung (bivac) yaitu bivac alam semisal gua, lubang pohon, atau cerukan tanah. Bivac buatan bisa dengan menggunakan ranting pohon dan dedaunan atau menggunakan ponco (jas hujan).<br />
<br />
Kelima, Mencari air dan makanan. Air dan makanan sangat penting dalam menunjang kehidupan kita. Air bisa didapatkan dari sungai, hujan, tumbuhan rambat atau berdaun lebar, dan embun. Jangan sekali-kali mengambil air tergenang di rawa terutama yang berwarna hitam dan kehijau-hijauan. Makanan yang bisa dimakan bisa berasal dari tumbuhan dengan ciri-ciri warnanya tidak mencolok, tidak hidup menyendiri, getahnya tidak berasa gatal, dan dikelilingi binatang. Makanan juga bisa berasal dari binatang misalnya babi hutan, semua jenis unggas terutama telurnya, katak hijau, belalang, cacing sondari, ikan, udang, tikus, biawak, kadal, dan ular. Khusus untuk ular, satu jengkal dari kepala dan buntutnya dibuang.<br />
<br />
Keenam, Membuat api. Api berguna dalam memberi penerangan, penghangat tubuh, memasak, menghindari binatang buas, dan penghilang rasa takut. Selain itu api berguna sebagai alat komunikasi (isyarat)dan mempermudah penolong dalam mencari anda.<br />
<br />
Dari pada kita tersesat lebih baik kemungkinan itu diminimalisir dengan pemahaman medan pendakian serta jalur yang akan dilalui, selalu memperhatikan perubahan cuaca, bawalah perbekalan yang lebih dari cukup misal pendakian selama 4 hari dengan logistik cukup untuk 5-6 hari, jangan pernah memisahkan diri sendirian dari kelompok, dan selalu mendaftarkan diri sesuai prosedur pada pos pendakian.<br />
Semoga tips-tips diatas dapat berguna apabila anda mengalami kondisi tersesat. (Dari berbagai sumber/has)ANDI GUNAWANhttp://www.blogger.com/profile/02380621653099910533noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3747327506933374743.post-48315358630238761462010-10-22T21:23:00.000-07:002010-10-22T21:23:02.138-07:00HUTAN KOTA<b><span style="font-size: 10pt;">2. Pelestarian Plasma Nutfah</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span></b><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri. Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati (Buku I Repelita V hal. 429). Hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan hutan kota dapat dipandang sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna secara exsitu. Salah satu tanaman yang langka adalah nam-nam (<i>Cynometra cauliflora</i>).</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">3. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span></b><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan kota, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Daun yang berbulu dan berlekuk seperti halnya daun Bunga Matahari dan Kersen mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel dari pada daun yang mempunyai permukaan yang halus (Wedding dkk. <i>dalam</i> Smith, 1981).</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Manfaat dari adanya tajuk hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan kota.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">4. Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span></b><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di daerah perkotaan (Goldmisth dan Hexter, 1967). diperkirakan sekitar 60-70% dari partikel timbal di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor (Krishnayya dan Bedi, 1986).</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Dahlan (1989); Fakuara, Dahlan, Husin, Ekarelawan, Danur, Pringgodigdo dan Sigit (1990) menyatakan damar (<i>Agathis alba</i>), mahoni (<i>Swietenia macrophylla</i>), jamuju (<i>Podocarpus imbricatus</i>) dan pala (<i>Mirystica fragrans</i>), asam landi (<i>Pithecelobiumdulce</i>), johar (<i>Cassia siamea</i>), mempunyai kemampuan yang sedang tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara. Untuk beberapa tanaman berikut ini : glodogan (<i>Polyalthea longifolia</i>) keben (<i>Barringtonia asiatica</i>) dan tanjung (<i>Mimusops elengi</i>), walaupun kemampuan serapannya terhadap timbal rendah, namun tanaman tersebut tidak peka terhadap pencemar udara. Sedangkan untuk tanaman daun kupu-kupu (<i>Bauhinia purpurea</i>) dan kesumba (<i>Bixa orellana</i>) mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat tidak tahan terhadap pencemar yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor.</span><span><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">5. Penyerap dan Penjerap Debu Semen</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span></b><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya. </span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Studi ketahanan dan kemampuan dari 11 jenis akan yaitu : mahoni (<i>Swietenia macrophylla</i>), bisbul (<i>Diospyrosdiscolor</i>), tanjung (<i>Mimusops elengi</i>), kenari (<i>Canarium commune</i>), meranti merah (<i>Shorealeprosula</i>), kere payung (<i>Filicium decipiens</i>), kayu hitam (<i>Diospyros clebica</i>), duwet (<i>Eugenia cuminii</i>), medang lilin (<i>Litsea roxburghii</i>) dan sempur (<i>Dillenia ovata</i>) telah diteliti oleh Irawati tahun 1990. Hasil penelitian ini menunjukkan, tanaman yang baik untuk dipergunakan dalam program pengembangan hutan kota di kawasan pabrik semen, karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan yang tinggi dalam menjerap (<i>adsorpsi</i>) dan menyerap (<i>absorpsi</i>) debu semen adalah mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kere payung dan kayu hitam. Sedangkan duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanaman untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini selain agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai kemampuan yang rendah dalam menjerap dan menyerap partikel semen (Irawati, 1990). </span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">6. Peredam Kebisingan</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span></b><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang (Grey dan Deneke, 1978). </span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">sumbernya berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke (1978), dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%.</span><span><o:p></o:p></span><br />
<br />
<b><span style="font-size: 10pt;">7. Mengurangi Bahaya Hujan Asam</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span></b><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Menurut Smith (1985), pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan gula (Smith, 1981). </span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Menurut Henderson <i>et al.</i>, (1977) bahan an-organik yang diturunkan ke lantai hutan dari tajuk melalui proses <i>troughfall</i> dengan urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Hujan yang mengandung H<sub>2</sub>SO<sub>4</sub> atau HNO<sub>3</sub> apabila tiba di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H<sub>2</sub>SO<sub>4</sub> akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO<sub>4</sub> yang bersifat netral. Dengan demikian pH air dari pada pH air hujan asam itu sendiri. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. Hasil penelitian dari Hoffman <i>et al.</i> (1980) menunjukkan bahwa pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">8. Penyerap Karbon-monoksida</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span></b><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Bidwell dan Fraser dalam Smith (1981) mengemukakan, kacang merah (<i>Phaseolus vulgaris</i>) dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kg/km2/hari. </span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas ini (Bennet dan Hill, 1975). Inman dan kawan-kawan dalam Smith (1981) mengemukakan, tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">9. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span></b><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Hutan merupakan penyerap gas CO<sub>2</sub> yang cukup penting, selain dari fito-plankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO<sub>2</sub> dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Widyastama (1991) mengemukakan, tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO<sub>2</sub> dan penghasil oksigen adalah : damar (<i>Agathis alba</i>), daun kupu-kupu (<i>Bauhinia purpurea</i>), lamtoro gung (<i>Leucaena leucocephala</i>), akasia (<i>Acacia auriculiformis</i>) dan beringin (<i>ficus benyamina</i>).</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">11. Penyerap dan Penapis Bau </span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau (Grey dan Deneke, 1978). Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat menghasilkan bau harum antara lain : Cempaka (<i>Michelia champaka</i>) dan tanjung (<i>Mimusops elengi</i>).</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">12. Mengatasi Penggenangan</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span></b><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga mempunyai stomata (mulut daun) yang banyak pula.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Menurut Manan (1976) tanaman penguap yang sedang tinggi diantaranya adalah : nangka (<i>Artocarpus integra</i>), albizia (<i>Paraserianthes falcataria</i>), <i>Acacia vilosa, Indigofera galegoides, Dalbergia spp.,</i> mahoni (<i>Swietenia spp</i>), jati (<i>Tectona grandis</i>), kihujan (<i>Samanea saman</i>) dan lamtoro (<i>Leucanea glauca</i>).</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">13. Mengatasi Intrusi Air Laut</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Kota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa tahun terakhir ini dihantui oleh intrusi air laut.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Pemilihan jenis tanaman dalam pembangunan hutan kota pada kota yang mempunyai masalah intrusi air laut harus betul-betul diperhatikan karena:</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Penanaman dengan tanaman yang kurang tahan terhadap kandungan garam yang sedang-agak tinggi akan mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, bahkan mungkin akan mengalami kematian. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Penanaman dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang tinggi akan menguras air dari dalam tanah, sehingga konsentrasi garam adalah tanah akan meningkat. Dengan demikian penghijauan bukan lagi memecahkan masalah intrusi air asin, malah sebaliknya akan memperburuk keadaannya. <o:p></o:p></span></li>
</ol><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Upaya untuk mengatasi masalah ini sama dengan upaya untuk meningkatkan kandungan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">14. Produksi Terbatas</span></b><b><span><o:p></o:p></span></b><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Hutan kota berfungsi <i>in-tangible</i> juga <i>tangible</i>. Sebagai contoh, pohon mahoni di Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta (Pikiran Rakyat, 18-3-1991). Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi/kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari untuk kerajinan tangan. Bunga tanjung diambil bunganya. Buah sawo, kawista, pala, lengkeng, duku, asem, menteng dan lain-lain dapat dimanfaatkan oleh masyarakat guna meningkatkan gizi dan kesehatan warga kota.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">15. Ameliorasi Iklim</span></b><b><span><o:p></o:p></span></b><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di perkotaan.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi (Grey dan Deneke, 1978 dan Robinette, 1983).</span><span> <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Robinette (1983) lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi surya suatu hutan sangat dipengaruhi oleh : panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Suhu udara pada daerah berhutan lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman. Wenda (1991) telah melakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lahan yang bervegetasi dengan berbagai kerapatan, tinggi dan luasan dari hutan kota di Bogor yang dibandingkan dengan lahan pemukiman yang didominasi oleh tembok dan jalan aspal, diperoleh hasil bahwa:</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Pada areal bervegetasi suhu hanya berkisar 25,5-31,0° C dengan kelembaban 66-92%. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Pada areal yang kurang bervegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan aspal suhu yang terjadi 27,7-33,1° C dengan kelembaban 62-78%. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Areal padang rumput mempunyai suhu 27,3-32,1° C dengan kelembaban 62-78%. <o:p></o:p></span></li>
</ol><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Koto (1991) juga telah melakukan penelitian di beberapa tipe vegetasi di sekitar Gedung Manggala Wanabakti. Dari penelitian ini dapat dinyatakan, hutan memiliki suhu udara yang paling rendah, jika dibandingkan dengan suhu udara di taman parkir, padang rumput dan beton.</span><span><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">16. Pengelolaan Sampah</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Hutan kota dapat diarahkan untuk pengelolaan sampah dalam hal : (1) sebagai penyekat bau (2) sebagai penyerap bau (3) sebagai pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi dari sampah (4) sebagai penyerap zat yang berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya lainnya.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">17. Pelestarian Air Tanah</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan kemampuan menyerap air yang besar (Bernatzky, 1978). Maka kadar air tanah hutan akan meningkat.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Pada daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air, hendaknya ditanami dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Di samping itu sistem perakaran dan serasahnya dapat memperbesar porositas tanah, sehingga air hujan banyak yang masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi dan hanya sedikit yang menjadi air limpasan.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan demikian hutan kota yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Menurut Manan (1976) tanaman yang mempunyai daya evapotrnspirasi yang rendah antara lain : cemara laut <i>Casuarina equisetifolia</i>), <i>Ficus elastica</i>, karet (<i>Hevea brasiliensis</i>), manggis (<i>Garcinia mangostana</i>), bungur (<i>Lagerstroemia speciosa</i>), <i>Fragraea fragrans</i> dan kelapa (<i>Cocos nucifera</i>).</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;"> Po. K (1 + r - c)<sup>t</sup> - PAM - Pa<br />
La = ----------------------------------<br />
z<br />
<br />
La : luas hutan kota yang harus dibangun<br />
Po : jumlah penduduk<br />
K : konsumsi air per kapita 1/hari)<br />
r : laju peningkatan pemakaian air<br />
c : faktor pengendali<br />
PAM : kapasitas suplai perusahaan air minum<br />
t : tahun<br />
Pa : potensi air tanah<br />
z : kemampuan hutan kota dalam menyimpan air</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">18. Penapis Cahaya Silau</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara. Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut perlu untuk dikurangi.</span><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun kerimbunan tajuknya.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">19. Meningkatkan Keindahan</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Manusia dalam hidupnya tidak saja membutuhkan tersedianya makanan, minuman, namun juga membutuhkan keindahan. Keindahan merupakan pelengkap kebutuhan rohani. Benda-benda di sekeliling manusia dapat ditata dengan indah menurut garis, bentuk, warna, ukuran dan teksturnya (Grey dan Deneke, 1978), sehingga dapat diperoleh suatu bentuk komposisi yang menarik.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Benda-benda buatan manusia, walaupun mempunyai bentuk, warna dan tekstur yang sudah dirancang sedemikian rupa tetap masih mempunyai kekurangan yaitu tidak alami, sehingga boleh jadi tidak segar tampaknya di depan mata. Akan tetapi dengan menghadirkan pohon ke dalam sistem tersebut, maka keindahan yang telah ada akan lebih sempurna, karena lebih bersifat alami yang sangat disukai oleh setiap manusia.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Tanaman dalam bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan benda-benda buatan seperti gedung, jalan dan sebagainya untuk mendapatkan komposisi yang baik. Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih sedemikian rupa, sehingga pada saat pohon tersebut telah dewasa akan sesuai dengan kondisi yang ada. Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih sebagai komponen yang kontras atau untuk memenuhi rancangan yang nuansa (bergradasi lembut).</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Komposisi tanaman dapat diatur dan diletakkan sedemikian rupa, sehingga pemandangan yang kurang enak dilihat seperti : tempat pembuangan sampah, pemukiman kumuh, rumah susun dengan jemuran yang beraneka bentuk dan warna, pabrik dengan kesan yang kaku dapat sedikit ditingkatkan citranya menjadi lebih indah, sopan, manusiawi dan akrab dengan hadirnya hutan kota sebagai tabir penyekat di sana.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">20. Sebagai Habitat Burung</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (<i>back to nature</i>). Desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi masyarakat, antara lain (Hernowo dan Prasetyo, 1989) :</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Membantu mengendalikan serangga hama, <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Membantu proses penyerbukan bunga, <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi, <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan, <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi, <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Sebagai sumber plasma nutfah, <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Objek untuk pendidikan dan penelitian. <o:p></o:p></span></li>
</ol><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra di antaranya disenangi burung pengisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh burung, karena berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya.<br />
Menurut Ballen (1989), beberapa jenis tumbuhan yang banyak didatangi burung antara lain :</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Kiara, caringin dan loa (<i>Ficus spp.</i>) <i>F. benjamina, F. variegata,</i> dan <i>F. glaberrima</i> buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai (<i>Treron sp.</i>). <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Dadap (<i>Erythrina variegata</i>). Bunganya menghasilkan nektar. Beberapa jenis burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap yangtengah berbunga antara lain : betet (<i>Psittacula alexandri</i>), serindit (<i>Loriculus pusillus</i>), jalak (<i>Sturnidae</i>) dan beberapa jenis burung madu. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Dangdeur (<i>Gossampinus heptaphylla</i>). Bunganya yang berwarna merah menarik burung ungkut-ungkut dan srigunting. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Aren (<i>Arenga pinnata</i>). Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan oleh burung sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Bambu (<i>Bambusa spp.</i>). Burung blekok (<i>Ardeola speciosa</i>) dan manyar (<i>Ploceus sp.</i>) bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis burung lainnya seperti : burung cacing (<i>Cyornis banyumas</i>), celepuk (<i>Otus bakkamoena</i>), sikatan (<i>Rhipidura javanica</i>), kepala tebal bakau (<i> Pachycephala cinerea</i>) dan perenjak kuning (<i>Abroscopus superciliaris</i>) bertelur pada pangkal cabangnya, di antara dedaunan dan di dalam batangnya.<o:p></o:p></span></li>
</ol><b><span style="font-size: 10pt;">21. Mengurangi Stress</span></b><b><span> </span></b><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Kehidupan masyarakat di kota besar menuntut aktivitas, mobilitas dan persaingan yang tinggi. Namun di lain pihak lingkungan hidup kota mempunyai kemungkinan yang sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor maupun industri. Petugas lalu lintas sering bertindak galak serta pengemudi dan pemakai jalan lainnya sering mempunyai temperamen yang tinggi diakibatkan oleh cemaran timbal dan karbon-monoksida (Soemarwoto, 1985). Oleh sebab itu gejala stress (tekanan psikologis) dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota masyarakat yang tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi keperluannya saja di kota.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Program pembangunan dan pengembangan hutan kota dapat membantu mengurangi sifat yang negatif tersebut. Kesejukan dan kesegaran yang diberikannya akan menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO, SOx, NOx dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai hutan kota. Kicauan dan tarian burung akan menghilangkan kejemuan. Hutan kota juga dapat mengurangi kekakuan dan monotonitas.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">22. Mengamankan Pantai Terhadap Abrasi</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Hutan kota berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan demikian hutan kota selain dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat berperan dalam proses pembentukan daratan.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">23. Meningkatkan Industri Pariwisata</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Bunga bangkai (<i>Amorphophallus titanum</i>) di Kebun raya Bogor yang berbunga setiap 2-3 tahun dan tingginya dapat mencapai 1,6 m dan bunga Raflesia Arnoldi di Bengkulu merupakan salah satu daya tarik bagi turis domestik maupun manca-negara. Tamu asing pun akan mempunyai kesan tersendiri, jika berkunjung atau singgah pada suatu kota yang dilengkapi dengan hutan kota yang unik, indah dan menawan.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">24. Sebagai Hobi dan Pengisi Waktu Luang</span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi oleh kegiatan lain yang bersifat rekreatif, akan dapat menghilangkan monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kerja.</span><span> <o:p></o:p></span><br />
<div align="center" style="text-align: center;"><a href="" name="hutkot5"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">BAB V. TIPE DAN BENTUK HUTAN KOTA</span></b></a><span></span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span></div><b><span style="font-size: 10pt;">1. Tipe Hutan Kota </span></b><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Hutan kota yang dibangun pada areal pemukiman bertujuan utama untuk pengelolaan lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan kota dengan tipe pemukiman. Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada keindahan, penyejukan, penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat bermain dan bersantai.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Kawasan industri yang memiliki kebisingan yang tinggi dan udaranya tercemar, maka harus dibangun hutan kota dengan tipe kawasan industri yang mempunyai fungsi sebagai penyerap pencemar, tempat istirahat bagi pekerja, tempat parkir kendaraan dan keindahan.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Kota yang memiliki kuantitas air tanah yang sedikit dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka fungsi hutan yang harus diperhatikan adalah sebagai penyerap, penyimpan dan pemasok air. Maka hutan yang cocok adalah hutan lindung di daerah tangkapan airnya.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">a. Tipe Pemukiman </span><span> <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Hutan kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan. Taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya ditanam pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan lainnya. Umumnya dipergunakan untuk olah raga, bersantai, bermain dan sebagainya.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">b. Tipe Kawasan Industri</span><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Suatu wilayah perkotaan pada umumnya mempunyai satu atau beberapa kawasan industri. Limbah dari industri dapat berupa partikel, aerosol, gas dan cairan dapat mengganggu kesehatan manusia. Di samping itu juga dapat menimbulkan masalah kebisingan dan bau yang dapat mengganggu kenyamanan.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Beberapa jenis tanaman telah diketahui kemampuannya dalam menyerap dan menjerap polutan. Dewasa ini juga tengah diteliti ketahanan dari beberapa jenis tanaman terhadap polutan yang dihasilkan oleh suatu pabrik. Dengan demikian informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih jenis-jenis tanaman yang akan dikembangkan di kawasan industri.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">c. Tipe Rekreasi dan Keindahan</span><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Manusia dalam kehidupannya tidak hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah seperti makanan dan minuman, tetapi juga berusaha memenuhi kebutuhan rohaniahnya, antara lain rekreasi dan keindahan. Rekreasi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan manusia untuk memanfaatkan waktu luangnya (Douglass, 1982). Pigram dalam Mercer (1980) mengemukakan bahwa rekreasi dapat dibagi menjadi dua golongan yakni : (1) Rekreasi di dalam bangunan (indoor recreation) dan (2) Rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation). Brockman (1979) mengemukakan, rekreasi dalam bangunan yaitu mendatangkan pengalaman baru, lebih menyehatkan baik jasmani maupun rohani, serta meningkatkan ketrampilan.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Dewasa ini terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan minat penduduk perkotaan untuk rekreasi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan peningkatan pendapatan, peningkatan sarana transportasi, peningkatan sistem informasi baik cetak maupun elektronika, semakin sibuk dan semakin besar kemungkinan untuk mendapat stress.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap menghadapi tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan suatu masa istirahat yang terbebas dari proses berpikir yang rutin sambil menikmati sajian alam yang indah, segar dan penuh ketenangan.</span><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah </span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk hutan kota yang memenuhi kriteria ini antara lain : kebun raya, hutan raya dan kebun binatang. Ada 2 sasaran pembangunan hutan kota untuk pelestarian plasma nutfah yaitu :</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Sebagai tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan <o:p></o:p></span></li>
</ol><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Manusia modern menginginkan <i>back to nature</i>. Hutan kota dapat diarahkan kepada penyediaan habitat burung dan satwa lainnya. Suatu kota sering kali mempunyai kekhasan dalam satwa tertentu, khususnys burung yang perlu diperhatikan kelestariannya. Untuk melestarikan burung tertentu, maka jenis tanaman yang perlu ditanam adalah yang sesuai dengan keperluan hidup satwa yang akan dilindungi atau ingin dikembangkan, misalnya untuk keperluan bersarang, bermain, mencari makan ataupun untuk bertelur.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Hutan yang terdapat di pesisir pantai menghasilkan bahan organik. Dedaunan yang jatuh ke air laut kemudia dapat berubah menjadi detritus. Pada permukaan detritus dapat menjumpai mikroorganisme air. Sebagian hewan merupakan pemakan detritus (<i>detritus feeder</i>). Nampaknya organisme yang memakan detritus ini, sesungguhnya memangsa mikroorganismenya, karena mikroorganisme mengandung protein, karbohidrat dan lain-lain. Apabila hutan ini hilang, maka detritus tidak tersedia lagi dan akibatnya hewan pemakan detritus pun akan musnah.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">e. Tipe Perlindungan </span><span> <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke lima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan tebing-tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Hutan kota yang berada di daerah pesisir dapat berguna untuk mengamankan daerah pantai dari gempuran ombak laut yang dapat menghancurkan pantai. Untuk beberapa kota masalah abrasi pantai ini merupakan masalah yang sangat penting.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Kota yang memiliki kerawanan air tawar akibat menipisnya jumlah air tanah dangkal dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka hutan lindung sebagai penyerap, penyimpan dan pemasok air harus dibangun di daerah resapan airnya. Dengan demikian ancaman bahaya intrusi air laut dapat dikurangi.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">f. Tipe Pengamanan </span><span> <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Yang dimaksudkan hutan kota dengan tipe pengamanan adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Dengan menanam perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya kecelakaan karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara mengantuk dapat dikurangi.</span><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Pada kawasan ini tanaman harus betul-betul cermat dipilih yaitu yang tidak mengundang masyarakat untuk memanfaatkannya. Tanaman yang tidak enak rasanya seperti pisang hutan dapat dianjurkan untuk ditanam di sini.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">2. Bentuk Hutan Kota</span></b><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">a. Jalur Hijau</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Pohon peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan tinggi, jalur hijau di tepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam kota atau di luar kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai hutan kota guna diperoleh manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Tanaman yang ditanam pada daerah di bawah jalur kawat listrik dan telepon diusahakan yang rendah saja, atau boleh saja dengan tanaman yang dapat menjulang tinggi, namun pada batas ketinggian tertentu harus diberikan pemangkasan.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Kawasan riparian seperti : delta sungai, kanal, saluran irigasi, tepian danau dan tepi pantai dapat merupakan bagian lokasi dari kegiatan pengembangan hutan kota. Penanaman tanaman di kawasan ini diharapkan dapat memperbaiki kuantitas dan kualitas air serta untuk memperkecil erosi.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Seperti telah disebutkan di atas, jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan. Sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">b. Taman Kota </span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.</span><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik tersendiri baik menurut bentuk, warna dan teksturnya. Ada pohon yang bentuk tajuknya kecil tinggi dan lurus (cemara lilin), tajuk pohon berbentuk piramida (cemara) dan ada juga yang bentuk tajuknya besar, bulat dan rindang (beringin).</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Tekstur daun dapat pula dijadikan bahan pertimbangan dalam suatu komposisi taman. Ada daun dengan tekstur yang kasar (<i>Ficus elastica</i>), tekstur sedang (duren) dan ada yang halus (lamtoro).</span><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Bentuk percabangan juga dapat dijadikan sebagai komponen dari suatu komposisi. Ada beberapa bentuk percabangan seperti : mendatar, menyudut (<i>acute</i>), menjumbai (<i>weeping</i>) dan tegak.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">c. Kebun dan Halaman </span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah seperti : mangga, durian, sawo, rambutan, jambu, pala, jeruk, delima, kelapa dan lain-lain serta dari jenis yang tidak diharapkan hasil buahnya seperti : cemara, palem, pakis, filisium dan beberapa jenis lainnya.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Halaman rumah dapat memberikan prestise tertentu. Oleh sebab itu halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu bagi yang empunya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya. Maka halaman tidak hanya ditanam dengan tanaman seperti tersebut di atas, namun dilengkapi juga dengan tanaman bebungaan yang indah. Tanaman lainnya yang dapat dijumpai adalah : sayuran, empon-empon dan tanaman apotik hidup lainnya. Pada halaman rumah pun dapat dijumpai unggas, ikan dan heawan lainnya.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Menurut Soemarwoto (1983) tanaman halaman rumah mempunyai fungsi integrasi antara fungsi alam hutan dengan fungsi sosial-budaya-ekonomi masyarakat.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">d. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota.<br />
Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar negeri.Soemarwoto (1983) berpendapat, kebun raya ada yang bersifat ekonomi dan yang bertujuan utama untuk ilmiah.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">e. Hutan Lindung</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Mintakat kota ke lima yaitu darah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">f. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan</span><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri. Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui tanaman dapat digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan kematian, namun kematian adalah awal dari kehidupan.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<div align="center" style="text-align: center;"><a href="" name="hutkot6"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">BAB VI. PEMBANGUNAN HUTAN KOTA</span></b></a><span></span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span></div><b><span style="font-size: 10pt;">1. Perencanaan</span></b><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Dalam studi kajian perencanaan aspek yang diteliti meliputi : lokasi, fungsi dan pemanfaatan, aspek tehnik silvikultur, arsitektur lansekap, sarana dan prasarana, tehnik pengelolaan lingkungan.</span><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Bahan informasi yang dibutuhkan dalam studi meliputi : (1) Data fisik (letak, wilayah, tanah, iklim dan lain-lain); (2) Sosial ekonomi (aktivitas di wilayah bersangkutan dan kondisinya); (3) Keadaan lingkungan (lokasi dan sekitarnya); (4) Rencana pembangunan wilayah (RUTR,RTK,RTH), serta <br />
(5) Bahan-bahan penunjang lainnya. </span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Hasil studi berupa Rencana Pembangunan Hutan Kota yang terdiri dari tiga bagian, yakni:</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Rencana jangka panjang, yang memuat gambaran tentang hutan kota yang dibangun, serta target dan tahapan pelaksanaannya. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Rencana detail yang memuat desain fisik atau rancang bangun untuk masing- masing komponen fisik hutan kota yang hendak dibangun serta tata letaknya. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Rencana tahun pertama kegiatan, meliputi rencana fisik dan biayanya.<o:p></o:p></span></li>
</ol><b><span style="font-size: 10pt;">2. Kelembagaan dan Organisasi Pelaksanaannya</span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Organisasi pembangunan dan pengelolaan hutan kota sangat bergantung kepada perangkat yang ada dan keperluannya. Sistem pengorganisasian di suatu daerah mungkin berbeda dengan daerah lainnya. Salah satu bentuk pengorganisasiannya pembangunan dan pengelolaan hutan adalah seperti tercantum pada <b><i><a href="http://www.dephut.go.id/INFORMASI/HUTKOT/hutkotgb2.gif">Gambar 2</a></i></b>. Walikota atau Bupati sebagai kepala wilayah bertanggung jawab atas pembangunan dan pengembangan hutan kota di wilayahnya. Bidang perencanaan dan pengendalian dipegang oleh Bappeda Tingkat II yang dibantu oleh tim pembina yang terdiri dari Kanwil Departemen Kehutanan, Kanwil Departemen Pertanian dan Perkebunan, Kanwil Departemen Pekerjaan Umum, Kanwil Departemen Kesehatan, Biro Kependudukan dan Lingkungan Hidup dan yang lainnya menurut kebutuhan masing- masing kota atau daerah. Untuk pelaksanaannya dapat ditunjuk dinas-dinas yang berada di wilayahnya.</span><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Pengelolaan hutan kota pada areal yang dibebani hak milik diserahkan kepada pemiliknya, namun dalam pelaksanaannya harus memperhatikan petunjuk dari bidang perencanaan dan pengendalian. Guna memperlancar pelaksanaannya kiranya perlu dipikirkan jasa atau imbalan apa yang dapat diberikan oleh pemerintah kepada yang bersangkutan.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<b><span style="font-size: 10pt;">3. Pemilihan Jenis</span></b><b><span> </span></b><span><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Guna mendapatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup di perkotaan, jenis yang ditanam dalam program pembangunan dan pengembangan hutan kota hendaknya dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh baik dan tanaman tersebut dapat menanggulangi masalah lingkungan yang muncul di tempat itu dengan baik.</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Untuk mendapat hasil pertumbuhan tanaman serta manfaat hutan kota yang maksimal, beberapa informasi yang perlu diperhatikan dan dikumpulkan antara lain:</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Persyaratan edaphis: pH, jenis tanah, tekstur, altitude,salinitas dan lain-lain. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Persyaratan meteorologis: suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi matahari. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Persyaratan silvikultur: kemudahan dalam hal penyediaan benih dan bibit dan kemudahan dalam tingkat pemeliharaan. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Persyaratan umum tanaman: <o:p></o:p></span></li>
</ol><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="margin-left: 36pt; width: 100%;"><!--msthemelist--> <tbody>
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><!--mstheme--><!--msthemelist--><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1025" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Tahan terhadap hama dan penyakit,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1026" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Cepat tumbuh,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1027" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Kelengkapan jenis dan penyebaran jenis,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1028" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Mempunyai umur yang panjang,</span><span> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1029" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Mempunyai bentuk yang indah,</span><span> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1030" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Ketika dewasa sesuai dengan ruang yang ada,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1031" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Kompatibel dengan tanaman lain,</span><span> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1032" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Serbuk sarinya tidak bersifat alergis,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme--> </tbody></table><ol start="5" type="1"><li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;"><!--mstheme-->Persyaratan untuk pohon peneduh jalan: <o:p></o:p></span></li>
</ol><!--msthemelist--> <table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="margin-left: 36pt; width: 100%;"><tbody>
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><!--mstheme--><!--msthemelist--><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1033" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Mudah tumbuh pada tanah yang padat,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1034" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1035" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Tanah terhadap hembusan angin yang kuat,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1036" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Dahan dan ranting tidak mudah patah,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1037" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Pohon tidak mudah tumbang,</span><span> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1038" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Buah tidak terlalu besar,</span><span> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1039" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Serasah yang dihasilkan sedikit,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1040" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor dan industri,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1041" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Luka akibat benturan mobil mudah sembuh,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1042" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Cukup teduh, tetapi tidak terlalu gelap,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1043" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Kompatibel dengan tanaman lain,</span><span> </span></div><!--msthemelist--></td> </tr>
<!--msthemelist--><!--mstheme-->
<tr> <td style="padding: 0cm; width: 31.5pt;" valign="top" width="42"> <div class="MsoNormal"><img border="0" height="12" hspace="15" id="_x0000_i1044" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull2.gif" width="12" /><o:p></o:p></div></td> <td style="padding: 0cm; width: 100%;" valign="top" width="100%"><!--mstheme--> <div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Trebuchet MS"; font-size: 10pt;">Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhan indah,</span><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><!--msalan/kebun/hutan</font> </li><br />
</ol><p><font face="Trebuchet MS" size="2">Beberapa jenis tanaman yang dapat dipilih untuk dipergunakan sebagai tanaman hutan kota yang selama ini sering dijumpai di beberapa kota dapat dilihat pada</font></p><p><font face="Trebuchet MS" size="2"><b> <i><a href="tabel1.htm">Tabel 6.1 Tanamam Hias</a></i></b>;<br />
<i><b><a href="tabel2.htm">Tabel 6.2 Daftar Tanaman Sebagai Peneduh Jalan</a>;<br />
<a href="tabel3.htm">Tabel 6.3 Daftar Tanaman Taman Hutan</a>;<br />
</b></i> <b><i><a href="tabel4.htm">Tabel 6.4 Daftar Tanaman Kebun dan Halaman</a>;</i></b> dan<br />
<i><b><a href="tabel5.htm">Tabel 6.5. Daftar Tanaman yang dapat Ditanam di Pantai</a>.</b></i></font></p><p><b><font face="Trebuchet MS" size="2">4. Penentuan Luasan</font></p><p> </b><font face="Trebuchet MS" size="2">Beberapa pakar mengemukakan luas hutan kota yang harus dibangun ditetapkan menurut:</font> </p><ol style="font-family: Trebuchet MS; font-size: 10pt"><li><font face="Trebuchet MS" size="2">Persentase dari luas kota. Ada yang menyatakan 10%, 20%, 25%, 30%, 40%, 50% bahkan ada juga yang menetapkan 60%.</font> </li>
<li><font face="Trebuchet MS" size="2">Penentuan luas lahan hutan kota dihitung berdasarkan jumlah penduduk. Luasan hutan kota di Malasyia ditetapkan sebesar 1,9 m2/penduduk, sedangkan di Jepang sebesar 5,0 m2/penduduk (Tong Yiew, 1991). Dewan kota Lancashire Inggris menentukan 11,5 m2/penduduk dan Amerika 60 m2/penduduk sedangkan di DKI Jakarta taman untuk bermain dan berolahraga diusulkan 1,5 m2/penduduk (Rifai, 1981).</font> </li>
<li><font face="Trebuchet MS" size="2">Berdasarkan isu penting. Luas hutan kota yang harus dibangun pada kota yang memiliki masalah kekurangan air bersih, dapt ditetapkan berdasarkan pemenuhan kebutuhan akan air seperti rumus yan tertera pada halaman 38 (Sutisna dkk., 1987). Lain halnya dengan kota dengan penduduk yang padat dan dengan jumlah kendaraan bermotor dan industri yang tinggi, maka luas hutan kota yang dibangun dapat dihitung berdasarkan pendekatan pemenuhan oksigen (Kunto, 1986) dengan rumus:<br />
<br />
a.V + b.W<br />
L = ------------------> 20<br />
<br />
L : luas hutan kota (m<sup>2</sup>)<br />
a : kebutuhan oksigen per orang (kg/jam)<br />
b : rerataan kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam)<br />
V : jumlah penduduk<br />
W : jumlah kendaraan bermotor<br />
20 : tetapan (kg/jam/ha) <span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Sistem penentuan luasan kota berdasarkan cara pertama dan kedua sangat mudah dan sederhana. Tanpa turut diperhitungkan faktor lainnya. Namun kedua-duanya tidak memeliki alasan (<i>justification</i>) yang mendasar dan kuat. Misalnya jika ditetapkan 15%, mengapa dipilih 15%? Mengapa tidak 13 atau 16% bahkan 20 atau 30% ? Boleh jadi dengan perhitungan kedua cara ini, jika dikaji secara ekonomi, efisiensi penggunaan sumberdaya alam menjadi tidak efisien, karena hasil perhitungan sesungguhnya <i> over estimate</i>, atau malah hutan kota ini kurang efektif karena perhitungan yang <i> under estimate</i>.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Dengan sistem perhitungan kedua dapat diterima akal, jika semakin tinggi populasi manusia, hutan kota yang harus dibangun juga semakin luas. Namun pada kenyataannya, dengan semakin padat dan semakin meningkatnya kegiatan manusia, maka biasanya harga lahan akan semakin mahal dengan peruntukan lahan yang semakin beragam. Sehingga pada pelaksanaannya sering mengalami hambatan. Dengan menggunakan sistem perhitungan kedua, maka hutan kota yang harus disediakan juga cenderung bergerak naik, sesuai dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Cara ketiga memang nampak lebih padat memecahkan masalah yang muncul. Bukankah hutan kota yang dibangun dimaksudkan untuk mengatasi masalah tersebut? Walaupun dengan cara ini penentuan luasannya lebih dapat dipertanggungjawabkan, namun cara ini mempunyai beberapa kesulitan antara lain:</span><br />
<ol style="font-family: Trebuchet MS; font-size: 10pt;"><li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Perhitungannya agak sulit.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Kadang-kadang sulit menentukan mana yang sesungguhnya menjadi masalah utama.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Andaikata ada lebih dari satu isu utama, maka akan dihasilkan lebih dari satu angka luasan hutan kota. Kemudian muncul masalah luasan mana yang harus diambil.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Karena penentuannya perlu penelitian, maka dibutuhkan waktu, tim peneliti, sarana dan biaya yang mungkin tidak sedikit.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Nilai luasannya akan cenderung bergerak naik dengan bertambahnya waktu, karena aktifitas dan populasi manusia, jumlah kendaraan dan industri akan meningkat dengan bertambahnya waktu.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Boleh jadi luasan hutan kota yang harus disediakan melebihi luasan kota itu secara administratifnya.</span> </li>
</ol><b><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">5. Komponen Pendukung</span></b><br />
<b></b> <span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Beberapa komponen pendukung yang diperlukan untuk pembangunan dan pengembangan hutan kota antara lain:</span><br />
<ol style="font-family: Trebuchet MS; font-size: 10pt;"><li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Tersedianya kebun pembibitan yang dapat menyediakan bibit secara massal,</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Ilmu dan teknologi yang memadai,</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pelayanan jasa konsultasi untuk umum,</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Dukungan dari penentu kebijakan,</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Peraturan-perundangan,</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Dukungan masyarakat, dan</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Tenaga ahli.</span> </li>
</ol><center><b><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"><a href="" name="hutkot7">BAB VII. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN</a></span></b> </center> <b><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">1. Penanaman</span></b><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pohon-pohon yang kecil mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gangguan akibat pemindahan daripada pohon-pohon yang besar. Oleh sebab itu untuk menanam pohon- pohon yang besar perlu ahli yang berpengalaman, alat-alat, kendaraan dan biaya yang relatif mahal. Ukuran pohon yang optimum untuk dapat dipindahkan sangat bervariasi tegantung kepada jenisnya. Walaupun demikian ukuran pohon yang banyak ditanam yang mempunyai diameter batang antara 5-10 mm dan tingginya antara 30-100 cm.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Cara pemindahan pohon yang besar seperti yang pernah dilakukan di California untuk pohon deodara (<i>Cedrus deodara</i> yang tingginya 26 m, peppertree (<i>Schinus molle</i>) yang tingginya 47 m dan diameter batangnya 1,27 m dan beratnya 52 ton serta pohon palm yang tingginya 32 m dan beratnya 35 ton adalah sebagai berikut.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pertama-tama akar diputar dengan membuat bongkahan tanah yang besarnya seukuran daerah minimal perakaran tapi cukup besar untuk tidak terlalu mengganggu pertumbuhan pohon itu sendiri. Dengan menggunakan dua buah bulldozer yang satu mendorong dan lainnya mengangkatnya, maka akar berikut tanahnya digali. Bulatan tanah (putaran) itu kemudian dibungkus dengan menggunakan plastik atau karung yang kuat. Bungkusan itu kemudian diikat dengan menggunakan rantai besi yang kuat. Rantai besi ini dipergunakan untuk mengangkat tanaman berikut tanahnya dan dinaikkan ke atas truk/trailer untuk dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Lubang harus disiapkan sebelum tanaman dipindahkan ke tempat yang baru. Ukuran lubang hendaknya lebih besar daripada ukuran daerah perakaran pohon yang hendak ditanam, biasanya satu setengah atau dua kali dari ukuran bulatan perakaran tanaman. Jika daerah perakaran mempunyai diameter 1,5 m dan 0,75 m dalamnya, maka diameter ukuran lubang sekitar 2,5 m dan tingginya 1,5 m. Pada tanah kurang subur ukuran lubang ini harus betul-betul diperhatikan. Pembuatan lubang dengan ukuran yang besar ini perlu dikerjakan mengingat beberapa saat setelah tanaman itu dipindahkan ke tempat yang baru, akar akan mulai tumbuh ke luar dari dalam putaran dan menembus media yang baru.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Satu atau dua minggu sebelum tanam, lubang ini diisi dengan pupuk kandang atau kompos yang diperkaya dengan pupuk buatan, Jika daerah tersebut merupakan tempat sarang rayap, maka perlu diberi insektisida butiran yang persisten.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Bila tanah sangat asam dan tanaman yang hendak ditanam merupakan tanaman yang membutuhkan kisaran pH tanah normal sampai basa, maka tanah perlu diberi kapur 3-4 minggu sebelum tanam. Sebaliknya jika tanahnya agak basa, sedangkan tanaman yang akan ditanam lebih menyenangi tanah asam, maka tanah perlu diberi belerang atau pupuk yang bersifat asam seperti Amonium sulfat. Pemberian media yang cocok dengan keperluan tanaman ini sangat perlu untuk diperhatikan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Saluran drainase perlu dibuatkan khususnya untuk tanah yang kandungan liat dan humusnya sangat tinggi. Pada kondisi yang seperti ini air yang berlebih dapat mengakibatkan akar menjadi busuk karena serangan penyakit atau karena menderita kekurangan oksigen (<i>asphyxia</i>).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Akar harus pula cukup mendapatkan udara untuk pernapasannya. Oleh sebab itu, pada saat akar tanaman ditimbun kembali dengan tanah tidak boleh terlalu dipadatkan, agar tanah masih tetap berpori dan gembur.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pohon dapat dipindahkan ke tempat lain melalui dua cara. Cara yang pertama, tanaman dipindahkan tanpa disertai dengan tanahnya. Cara ini lebih mudah penggaliannya dan membawanyapun lebih ringan. Sedangkan cara kedua yaitu tanaman dipindahkan dengan sedikit menyertakan tanahnya. Cara yang terakhir ini lebih sulit karena lebih berat, namun mengingat nilai kegagalannya lebih kecil, maka cara ini banyak juga dilakukan.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Untuk cara pertama yakni akar tanpa tanah, akar yang telanjang itu harus dibungkus dengan karung, koran atau jerami yang sebelumnya telah direndam dalam air. Akar perlu dihindarkan dari sengatan cahaya matahari. Apabila waktu pengangkutan dan jarak waktu antara penggalian dan penanaman lebih dari satu hari, maka cara ini hanya dapat dianjurkan dilakukan pada musim hujan. Selama pengangkutan bahan penutup harus selalu basah dengan jalan menyemprot atau menyiramnya selama dalam perjalanan.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Cara yang kedua yaitu mendapatkan tanaman beserta tanahnya atau yang lebih dikenal dengan cara bola (putaran). Nama ini diberikan karena bentuk tanah yang menyertai akar hampir menyerupai bola. Walaupun demikian pada kenyataannya bentuknya tidak selalu bulat, kadang-kadang berupa silinder. Ukuran bola hendaknya menurut proporsi ukuran pohon. Biasanya diameter bola 8-10 kali lebih besar daripada diameter pohon.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"> a. Penyiapan Putaran</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Untuk tanaman yang sudah tua sebaiknya penyiapan putaran (bola) tidak dilakukan dalam jangka waktu yang sangat pendek. Penyiapan putaran sudah dilakukan 5 bulan sampai 1 tahun sebelum pohon tersebut dipindah-tanamkan. Pada bulan pertama bagian akar yang di luar putaran digali dan akarnya dipotong dan dibuang ke luar. Batu dan kerikil juga diangkat dan dibuang, lubang kemudian diurug kembali dengan tanah. Pada bulan ketiga perlakuan seperti itu dilakukan lagi namun pada bulan ketiga ini pemotongan akar lebih mendekat ke arah pohon yaitu tepat pada ukuran putaran yang akan kita bentuk. Pada bulan kelima pohon siap diangkat dan dipindahkan ke tempat lain. Semakin besar tinggi dan lebar tajuk, maka waktu yang diperlukan untuk perlakuan tersebut semakin lama, bisa sampai satu tahun. Perlakuan yang diberikan dalam jangka waktu 2-5 tahun tidak dianjurkan, karena memakan waktu terlalu lama dan akar yang semula kecil akan tumbuh berubah menjadi terlalu besar.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Perlakuan seperti diterangkan di atas dimaksudkan untuk merangsang terbentuknya sistem perakaran yang kompak di dalam putaran. Selain itu untuk melatih tanaman unuk dapat hidup dengan akar yang lebih sedikit. Sehingga pada saat pemindahan nanti tidak terjadi guncangan (<i>shock</i>) hebat, akibat akarnya banyak berkurang.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Ukuran yang tepat dari diameter dan tinggi putaran berlainan untuk setiap jenis tanaman. Jenis tanaman yang mempunyai akar tunggang yang panjang seperti cemara lilin, tinggi putaran harus jauh lebih besar daripada diameternya. Demikian sebaliknya tanaman yang akarnya menyebar dangkal seperti angsana dan kenari, ukuran diameter putaran harus lebih besar daripada tingginya.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Putaran kemudian diletakkan di atas truk atau trailer. Putaran disimpan di bagian depan, sedangkan bagian tajuk diletakkan di bagian belakang. Akan sangat bermanfaat bila ada penyangga cabang dan pohon dari kayu agar pohon dapat lebih stabil terhindar dari bobot cabang, ranting dan dedaunan, khususnya untuk pengangkutan yang melewati jalan yang bergelombnag/berlubang, karena ranting dan dedaunan yang berat dengan guncangan yang kuat dapat mengakibatkan cabang/batang menjadi tertekuk atau patah. Pohon atau batang yang bersinggungan dengan kayu penyangga hendaknya dibalut dengan busa yang tebal untuk menghindarkan perlukaan karena gesekn.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Ranting dan cabang diikat dengan ditali untuk mengurangi gerakan yang hebat oleh angin selama dalam perjalanan.</span> <br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Untuk pohon yang rindang dan besar sebaiknya pengangkutan dilakukan pada kondisi angin yang lemah pada cuaca yang mendung. Pengangkutan sangat dianjurkan di malam hari, jika jarak pengangkutannya sangat jauh. </span> <br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Di negara maju pada saat ini telah tersedia kendaraan khusus pengangkut untuk membawa pohon seperti <i>Big John Tree Transpalnter</i> atau <i>Vermeer Tree Spade</i> (Haller, 1986).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"> b. Penanaman Kembali</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Jika ukuran putaran sangat besar dan terlalu berat untuk dipindahkan dengan tenaga manusia, maka pohon dapat dipindah-turunkan dengan menggunakan <i>crane</i>. Kedalaman akar pada saat penanaman kembali harus sama dengan kedalamannya semula. Jika pada tempat yang baru tanaman ditanam lebih dalam, maka akarnya dapat menderita kekurangan udara (<i>asphyixia</i>). Sebaliknya jika tanaman ditanam terlalu dangkal, maka dikhawatirkan tanaman akan menderita kekeringan dan kepanasan akibat sengatan sinar matahari</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Sistem pemindahan tanaman dengan akar terbuka membutuhkan perhatian yang lebih khusus daripada pemindahan tanaman dengan sistem putaran. Akar yang rusak karena patah atau luka harus dipotong dan diberi parafin atau media tumbuh disekelilingnya ditaburi dengan fungisida dan insektisida yang persisten.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pohon harus diletakkan ditengah-tengah lubang dengan arah yang tegak. Jika pohon itu kecil seseorang dapat memegangnya supaya tegak dan yang lainnya menguburnya dengan tanah.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pada tanah yang kurang baik sistem drainasenya, di bagian bawah akar harus diberi batu, kerikil dan pasir, agar akar tidak menjadi tergenang akibat kelebihan air. Dengan menggunakan pipa paralon yang ujungnya telah dibalut dengan ijuk yang disimpan di bawah putaran, kelebihan air ini dapat dibuang ke saluran drainase.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Jika pengangkatan putaran dengan menggunakan plat besi di bagian bawah putaran, maka putaran diturunkan dulu pada lokasi di luar posisi yang diinginkan yang ada beberapa pohon kecil yang lurus. Pohon ini berguna untuk mempermudah memindahkan putaran untuk diletakkan pada lokasi yang diinginkan. Tali pengikat yang terbuat dari kawat atau plat dibuka dan dibuang ke luar lubang, sedangkan tali serta karung goni pembungkus putaran yang dapat hancur dapat dibiarkan saja tetap melilit dan membungkusnya.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"> c. Penyiraman</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Segera setelah pohon selesai ditanam, pohon harus diberi air. Pemberian air tidak dianjurkan diberikan pada saat atau sebelum pohon ditanam, karena dapat mengakibatkan terbentuknya lumpur, tanah menjadi padat dan pengerjaan penanaman menajdi sulit karena licin.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pada musim kemarau pemberian air harus dilakukan pagi dan sore hari, sedangkan pada musim penghujan hanya diberikan, jika tidak ada hujan untuk beberapa hari atau apabila tanah terlihat sangat kering. Pemberian air tidak boleh terlalu berlebihan dan tidak boleh terlalu sedikit. Penyiraman dianggap cukup jika tanah terlihat lembab sampai basah.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"> d. Pemupukan</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Mengingat tanah-tanah di perkotaan mempunyai kesuburan yang rendah, maka untuk mempercepat pertumbuhan tanaman perlu pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Dengan memberikan bahan-bahan organik ke dalam tanah, tanah menjadi lebih dapat menyimpan air, lebih gembur dan juga akar cukup mendapat oksigen. Pada tanah yang gembur akar lebih mudah menembus tanah. Selain itu air penyiraman akan lebih mudah masuk ke dalam tanah yang lebih dalam. Karena pupuk organik juga banyak mengandung mikroba, maka kesuburan hayati tanah akan dapat meningkat pula.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Jumlah pupuk yang diberikan untuk setiap tanaman juga harus diperhatikan benar. Jika pupuk yang diberikan terlalu sedikit, maka hasil pemupukan tidak begitu nampak hasilnya. Sebaliknya jika jumlah pupuk yang diberikan terlalu banyak, tanaman akan menderita keracunan.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Mengingat pupuk TSP agak sukar larut dalam air dan ketersediaannya bagi tanaman lambat, maka pupuk ini biasanya diberikan pada saat tanam. Pupuk urea diberikan sedikit pada saat tanaman telah berumur sebulan dan pemberian dengan dosis sebenarnya hanya diberikan setelah tanaman terlihat pertumbuhannya. Pupuk urea yang diberikan terlalu awal dan dalam jumlah yang besar akan mengganggu pertumbuhan tanaman, karena akar masih belum cukup kuat.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Yang harus diperhatikan dalam peletakan pupuk adalah sebagai berikut:</span> <br />
<ol style="font-family: Trebuchet MS; font-size: 10pt;"><li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Meletakkan pupuk tidak terlalu dekat ke pohon. Tempat pupuk diletakkan di sekeliling pohon sebaiknya antara 3/4 sampai sama dengan jari-jari lebar tajuk.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Tidak terlalu dangkal. Jika terlalu dangkal maka yang akan memanfaatkan pupuk tersebut mungkin hanya rerumputan yang perakarannya berkeliaran di sekitar permukaan tanah dan pupuk mungkin mengalami penguapan.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Juga tidak terlalu dalam. Selain aplikasinya sulit juga melalui proses pencurian pupuk ini akan terbawa hanyut ke lapisan yang lebih bawah dari mintakat perakaran.</span> </li>
</ol><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"> e. Penyanggaan/Pengairan</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Tanaman yang baru ditanam perlu penyangga buatan sampai tanaman tersebut dapat menahan bebannya sendiri melalui penahanan dan cengkraman akar-akarnya. Jika tidak diberi penyangga dengan hembusan angin yang kecil saja tumbuhan akan mudah sekali roboh.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Untuk pohon yang sangat kecil dapat dipergunakan ajir yang terbuat dari bambu atau kayu satu batang yang ditancapkan dekat tanaman. Tanaman diikat dengan menggunakan tali. Ikatan tali pada batang tidak boleh terlalu kencang, karena dapat mencekiknya. Simpul ikatan yangbaik adalah simpul angka delapan.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Untuk tanaman yanglebih besar dipergunakan kayu atau bambu dua buah yang ditancapkan ke tanah dan dua bilah lagi sebagai penggepit pohon. Bilah penggepit ini dipakukan pada bilah yang ditancapkan. Agar pohon tidak bergerak ke satu arah, maka bilah penggepit ini disekat lagi dengan bilah penghalang.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"> f. Pembalutan </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pohon yang kecil perlu dibungkus dengan bahan yang lembut untuk melindungi dari sengatan matahari, serangan penggerek batang, cakaran dan gigitan binatang.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pembalutan dimulai dari permukaan tanah sampai ke cabang-cabang utama yang besar. Pembalutan dilakukan sedemikian rupa untuk menghasilkan pembalutan yang menyeluruh, agar seluruh bagian batang betul-betul terlindung dari bahaya tersebut di atas. Balutan dibiarkan satu atau dua tahun sampai pohon itu dianggap kuat.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"> g. Pemangkasan</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pohon besar yang ditanam dengan sebagian besar akarnya dipotong harus dilakukan pemangkasan cabang dan daun. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi daya evapo- transpirasi daun yang akan jauh lebih besar daripada kemampuan akar dalam menyerap air dari tanah.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pemangkasan dapat dilakukan pada saat pohon tersebut digali di tempat asalnya atau dapat pula di tempatnya yangbaru yaitu sebelum penanaman dilakukan. Pemangkasan yang dilakukan pada saat penggalian bibit sangat dianjurkan untuk pohon yang dipindahkan dengan sistem akar terbuka. Pemangkasan akan mengurangi berat tanaman pada saat pencabutan dan pengangkutan. Di samping itu juga dapat memperkecil kehilangan air selama transportasi.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Jika pohon terlalu lebat, daunnya dapat dikurangi sampai 75%. Walaupun demikian pemangkasan tidak boleh dilakukan sedemikian rupa sampai merusak bentuk asli dari pohon.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Apabila pohon dipindahkan dengan sistem putaran, pemangkasan tidak perlu terlalu banyak, hanya di bagian puncaknya saja dan dilakukan pada saat penanaman.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"> h. Pemberian Hormon</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Sejumlah zat pengatur tumbuh yang diberikan untuk merangsang pertumbuhan tanaman telah banyak ditemukan semenjak 50 tahun belakangan ini. Hormon dan zat pengatur tumbuh ada yang bekerja merangsang pembentukan akar, daun atau bunga dan buah. Beberapa jenis seperti IBA (<i>indole-butyric-acid</i>), NAA (<i>Naphthalein-acetic-acid</i>), 2,4-D, IAA (<i>Indole-acetic-acid</i>) dijual dalam beberapa merek dagang.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">NAA (<i>Naphthalein-acetic-acid</i>) yang dicampur dengan <i> Thiaminemono-nitrate</i> dijual dengan nama Vitamin B-1. Larutan ini dapat dipergunakan untuk mengurangi guncangan (<i>shock</i>) akibat penanaman. Pemakaiannya dicampur dengan air menurut petunjuk pabrik.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pemberian larutan ini dapat dilakukan tiap minggu atau dua minggu sekali selama beberapa bulan sampai tanaman itu dapat hidup mandiri.</span><br />
<b><span style="color: black; font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">2. Perawatan Luka pada Batang</span></b><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pohon redwood di Piercy, California, mempunyai tinggi 76 m berumur 2000 tahun masih hidup dan tumbuh walaupun mempunyai luka bekas kebakaran lebih dari seratus tahun yang lalu (Haller, 1986). Hal ini dikarenakan, luka pada pohon tersebut telah dirawat dengan baik.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pohon yang sempurna memiliki permukaan kulit yang mulus mulai dari akar sampai ujung batang. Namun jika pohon tersebut dikuliti, terpotong, dipukul atau dibakar, maka akan dapat terbentuk luka yang kemudian akan berubah menjadi lubang.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Perlukaan pada jaringan kulit dan jaringan kayu harus disembuhkan, karena akan menimbulkan infeksi yang lebih berat, sehingga dapat membahayakan kelangsungan hidup tanaman tersebut.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:</span> <br />
<ol style="font-family: Trebuchet MS; font-size: 10pt;"><li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Luka yan terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras.</span> </li>
</ol><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Cara untuk mengobati luka kulit pohon reltif sederhana. Dengan menggunakan pisau yang runcing dan tajam daerah tepi kulit yang luka dipotong/diiris tipis dengan bentuk elif dan sejajar dengan aliran hara/pohon. Bagian yang baru dipotong tersebut kemudian diberi fungisida dan ditutup dengan shellac, lilin, malam atau parafin cair. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penguapan dan penyakit. Penyakit yang dapat menyerang misalnya cendawan <i>Phytophthora parasitica</i> (Wudianto, 1989). Proses ini disebut <i>tracing</i> atau <i>scribing</i>.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Perlindungan luka kayu dengan pengecatan/pengolesan dengan bahan pencegah penyakit pada areal luka yang besar dianjurkan untuk dilakukan 4 - 6 bulan sekali. Hendaknya tidak digunakan kreosot atau karbolineum, karena bahan pengawet ini merupakan racun untuk jaringan hidup (Haller, 1986).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Usaha perawatan terhadap lubang luka terdiri dari :</span> <br />
<ol style="font-family: Trebuchet MS; font-size: 10pt;"><li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Membuang jaringan kayu yang mati dan rusak yang dapat menjadi sarang hama dan sumber penyakit.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Membersihkan dan membentuk lubang agar menjadi lebih terbuka.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Mengecat dan menutup luka dan khususnya terhadap kambium yang terbuka.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Membuat saluran drainase.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Menyehatkan bagian dalam tanaman.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pengisian lubang untuk memperoleh penampilan yang baik serta untuk mengurangi kemungkinan lubang tersebut menjadi tempat persembunyian binatang berbisa dan hama.</span> </li>
</ol><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Kegunaan perlakuan tersebut selain untuk penyembuhan luka itu sendiri juga mempunyai kegunaan:</span> <br />
<ol style="font-family: Trebuchet MS; font-size: 10pt;"><li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Menyediakan permukaan yang kuat memungkinkan jaringan kalus baru dapat tumbuh untuk merangsang penyembuhan luka tersebut.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Memperkuat pohon melalui perawatan dari dalam, sehingga jaringan kayu dapat tumbuh lebih banyak yang akan menjadi pohon lebih kuat.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Menghilangkan sumber penularan hama dan penyakit serta menghilangkan tempat persembunyian ular dan binatang berbahaya lainnya.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Memperbaiki citra/penampilan pohon secara keseluruhan.</span> </li>
</ol><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Bahan-bahan pengisi lubang yang dapat dipakai adalah : potongan kayu, karet, aspal yang telah dicampur dengan serbuk gergaji bahkan ada juga yang menyarankan untuk digunakan semen. Sebagian orang menganggap pengisian dengan semen tidak disukai karena bahan ini berat dan terlalu keras, sehingga mempunyai kemungkinan proses penyembuhan pohon ini malah menjadi terganggu karena adanya bahan tersebut.</span><br />
<b><span style="color: black; font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">3. Pemangkasan</span></b><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pemangkasan dimaksudkan untuk membuang bagian dahan/ranting tertentu untuk mendapatkan bentuk tertentu (seperti binatang), mengendalikan pertumbuhan tinggi pohon, membuang bagian yang terkena penyakit, untuk keselamatan (jika patah dikhawatirkan dapat mengancam keselamatan pemakai jalan raya atau karena dahan dapat mengganggu kabel listrik dan telepon), untuk memberikan kesempatan bagi pohon lain untuk tumbuh lebih baik atau untuk mempercepat munculnya bunga.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"><b><span style="color: black;">4. Penebangan </span></b></span> <br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pohon-pohon yang harus dihilangkan adalah pohon-pohon yang memenuhi kriteria sebagai berikut:<br />
</span> <br />
<!--mstheme--><!--msthemelist--><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><!--msthemelist--><tbody>
<tr><td valign="baseline" width="42"><img height="15" hspace="13" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull1.gif" width="15" /></td><td valign="top" width="100%"><!--mstheme--><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Mati,</span> <!--mstheme--></span><!--msthemelist--></td></tr>
<!--msthemelist-->
<tr><td valign="baseline" width="42"><img height="15" hspace="13" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull1.gif" width="15" /></td><td valign="top" width="100%"><!--mstheme--><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Membahayakan,</span> <!--mstheme--></span><!--msthemelist--></td></tr>
<!--msthemelist-->
<tr><td valign="baseline" width="42"><img height="15" hspace="13" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull1.gif" width="15" /></td><td valign="top" width="100%"><!--mstheme--><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Saling berhimpitan,</span> <!--mstheme--></span><!--msthemelist--></td></tr>
<!--msthemelist-->
<tr><td valign="baseline" width="42"><img height="15" hspace="13" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull1.gif" width="15" /></td><td valign="top" width="100%"><!--mstheme--><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pohon terkena penyakit dan dapat mengancam pohon-pohon lain,</span> <!--mstheme--></span><!--msthemelist--></td></tr>
<!--msthemelist-->
<tr><td valign="baseline" width="42"><img height="15" hspace="13" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull1.gif" width="15" /></td><td valign="top" width="100%"><!--mstheme--><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pohon-pohon pada jalur jalan dan bangunan,</span> <!--mstheme--></span><!--msthemelist--></td></tr>
<!--msthemelist-->
<tr><td valign="baseline" width="42"><img height="15" hspace="13" src="http://www.dephut.go.id/_themes/nature/anabull1.gif" width="15" /></td><td valign="top" width="100%"><!--mstheme--><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Mengganggu jalur listrik dan telepon.</span> <!--mstheme--></span><!--msthemelist--></td></tr>
<!--msthemelist--></tbody></table><!--mstheme--><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"> <span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Beberapa metoda yang dapat dipergunakan untuk menebang pohon adalah :</span><br />
<span style="color: black; font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">a. Tumpangan (<i>Toping</i>)</span> <br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Cara ini sangat biasa dipakai untuk menebang kayu di hutan. Penebang (belandong) pertama-tama akan menentukan arah rebah. Takik rebah dan takik balas dibuat baik dengan gergaji maupun dengan kapak. Cara ini hanya dapat dilakukan di daerah yang luas dan jauh dari jalan raya, pemukiman, jalur listrik, telepon dan lain-lain.</span><br />
<span style="color: black; font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">b. Penggalan (<i>Sectioning</i>)</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pemanjat pohon yang telah dilengkapi dengan tali pengaman yang dikaitkan ke tubuhnya kemudian memanjat pohon. Pemanjat menuju cabang pertama kemudian memotong dengan gergaji mesin atau kapak dan memotong cabang tersebut. Kemudian naik lagi dan memotong cabang yang lain dengan cara bersandar pada cabang lain yang aman. Demikian selanjutnya, pekerjaan diteruskan sampai ke atas. Pada saat tersebut, orang yang berada di tanah memotong-motong cabang dan ranting yang baru jatuh.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Setelah cabang-cabang terpotong, orang yang berada di bawah mulai membereskan cabang-cabang tersebut. Kemudian pemanjat turun dan pekerjaannya digantikan oleh yang lain untuk memenggal pohon bagian demi bagian yang dimulai dari bagian atas.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Bila pohon yang hendak ditebang memiliki dahan yang panjang, melintang di atas rumah, pagar, tanaman berharga dan kabel listrik, maka salah satu cara adalah dengan menggunakan tali.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"> Pengikatan, pemotongan dan penurunan, bagian demi bagian, walaupun ketinggalan jaman, tetapi kadang-kadang merupakan jalan yang terbaik.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">c. <i>High-lining</i></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Cara lain yang menarik adalah high-lining. Jika pohon yang akan dipotong dikelilingi oleh benda-benda berharga yang tidak dapat disingkirkan, maka cabang dapat dipotong bagian demi bagian dan dijatuh-arahkan ke sasaran yang diinginkan. Cara ini dapat dilakukan dengan jalan menambatkan salah satu ujung tambang yang kuat pada pohon dan ujung lain di lokasi sasaran yang menjadi tempat jatuhnya bagian-bagian pohon. Tambang tersebut diusahakan mempunyai sudut kemiringan yang cukup. Tidak terlalu tajam, agar bagian pohon tidak meluncur dengan kecepatan yang sangat tinggi, namun sebaliknya tidak terlalu landai. Jika sudut kemiringan tambang terlalu landai, maka jatuhnya dahan tersebut mungkin akan terganggu, bahkan terhenti selain itu membutuhkan areal yang lebih jauh. Operasi pemindahan potongan cabang pohon ini berdasarkan gaya gravitasi. Dengan cara ini semua cabang dapat dipindahkan ke tempat lain dengan aman. Penebangan pohon dilakukan seperti pada cara penggalan.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">d. Potong bawah (<i>Bottoming</i>)</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Penebangan dengan cara menumbangkannya serta pembagian batang bagian demi bagian dari ujung sampai ke pangkal merupakan dua cara standar dalam penebangan pohon. Cara lainnya yang jarang ditemui adalah potong bawah (bottoming). Cara ini merupakan kebalikan dari cara yang telah dijelaskan terlebih dahulu (Haller, 1986).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Teknik ini hanya dapat dilakukan bila ada satu atau lebih pohon lain yang berukuran sama atau lebih besar di dekat pohon yang akan ditebang. Dalam cara ini, tali diikatkan di sekeliling tajuk pohon yang akan ditebang ke pohon yang tidak ditebang. Pohon yang telah diikat dengan tali di sekitar puncaknya kemudian bagian pangkalnya digergaji. Bagian pangkal/bawah dari pohon dipotong dengan posisi tetap berdiri. Panjang bagian batang yang dipotong sesuai dengan yang dikehendaki. Setelah pemotongan pohon diturunkan dengan cara mengulurkan tali sambil menjaga agar batang tetap tegak, kemudian sedikit demi sedikit pohon dipotong lagi. Demikian seterusnya sampai pohon habis terpotong.</span> <br />
<div align="center"><b><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"><a href="" name="hutkot8">BAB VIII. ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN</a></span></b> </div><!--mstheme--></span><!--msthemelist--><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><!--msthemelist--></table><!--mstheme--><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"> </span><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Telah dijelaskan pada Bab I bahwa dalam sejarah perkembangan peradabannya, manusia semula selalu bersahabat dengan alam. Rumah tempat tinggal manusia yang dekat dengan hutan, akan akrab dengan flora dan fauna. Sedangkan yang tinggal dekat dengan laut sangat akrab dengan deburan ombak, hembusan angin, hutan pantai dan bakau. Namun dengan berkembangnya pemukiman dari desa yang kecil dan sederhana menjadi kota yang besar dan kompleks mengakibatkan terjadinya pelepasan diri manusia bahkan ada kecenderungan untuk "menghancurkan" hutan. Hasilnya baru kemudian dirasakan adalah menurunnya kualitas lingkungan hidup.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Beberapa kota besar telah membangun dan mengembangkan hutan kota untuk mengantisipasi masalah tersebut di atas, namun ada juga pembangunan hutan kotanya masih dalam tarap perencanaan.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Fraksi Karya Pembangunan DPRD Tingkat I Bali pada tanggal 25 April 1991 telah mengajukan pertanyaan kepada Pemerintah Daerah Tk I tentang rencana pembangunan hutan kota di propinsi Bali. Juru bicara fraksi tersebut lebih lanjut menegaskan bahwa jangan sampai tanah sudah habis dibangun, baru mencari tanah untuk hutan kota (Pedoman Rakyat, 25-4-1991).</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pada tanggal 2 Mei 1990 Wahana Lingkungan Hidup Indonesia juga mempertanyakan tentang realisasi pembangunan hutan kota di Jakarta. Target penghijauan di Jakarta baru terealisasi 10% saja (Kompas, 26-10-1990). Padahal menurut rencana luasan lahan yang harus dihijaukan adalah sekitar 40% dari luas 650 km2. Menurut Rencana Induk 1965-1985 (tahun 1977) luasan lahan yang harus dihijaukan di Jakarta adalah 23.750 Ha (Kompas, 26-10-1990). Pada kenyataannya taman-taman di Jakarta sebanyak 181 dari 394 taman telah berubah fungsi menjadi lokasi pedagang kaki lima, gardu listrik, pompa bensin dan kantor RW (Suara Pembaruan, 2-5-1990).</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Soeriatmadja dalam Seminar Penghijauan Kota yang diselenggarakan oleh Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung dan Pikiran Rakyat menyatakan tahun 1961 kota Bandung yang luasnya 8.098 Ha terdiri dari taman alam dan buatan seluas 3.431 Ha. Namun setelah 20 tahun kemudian hanya tinggal 716 Ha saja (Suara Pembaruan, 29-1-1991). Perhitungan yang dilakukan berdasarkan pendekatan kebutuhan oksigen berdasarkan Rumus Gerakis pada tahun 1988 di Kotamadya Bandung mestinya sudah harus tersedia penghijauan sebesar 5.093,61 Ha (Ryanto, 1989).</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"> <span style="color: black; font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Beberapa hambatan yang dijumpai dan sering mengakibatkan kurang berhasilnya program pengembangan hutan kota antara lain: </span></span><br />
<ol style="font-family: Trebuchet MS; font-size: 10pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;">
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Terlalu terpaku kepada anggapan bahwa hutan kota harus dan hanya dibangun di lokasi yang cukup luas dan mengelompok.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Adanya anggapan bahwa hutan kota hanya dibangun di dalam kota, padahal harga lahan di beberapa kota besar sangat mahal. Harga tanah misalnya di Jakarta di kawasan Jl. Jend. Sudirman Rp. 5,5 juta/m2, di Jl. Gatot Subroto Rp. 3,5 juta/ m2 dan di kawasan Jl. Rasuna Said Rp. 2,2 juta/m2 (Suara Pembaruan, 7-11-1990).</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Adanya konflik dari berbagai kepentingan dalam peruntukan lahan. Biasanya yang menang adalah yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Karena hutan kota tidak mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, maka lahan yang semula diperuntukkan bagi hutan kota, atau yang semula telah dibangun hutan kota, pada beberapa waktu kemudian diubah peruntukannya menjadi supermarket, real-estate, perkantoran dan lain-lain.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Adanya penggunaan lain yang tidak bertanggung jawab seperti:<br />
- Bermain sepak bola,<br />
- Tempat kegiatan a-susila,<br />
- Tempat tuna wisma,<br />
- Pohon sebagai tempat cantolan kawat listrik dan telepon,<br />
- Pangkal pohon sering dijadikan sebagai tempat untuk membakar sampah,<br />
- Sebagai tempat ditancapkannya reklame dan spanduk.<br />
- Vandalisme dalam bentuk coretan dengan cat atau goresan dengan pisau.<br />
- Gangguan binatang : anjing, kucing, tikus dan serangga.</span> </li>
</span></ol><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="color: black; font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Beberapa upaya penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan- hambatan tersebut di atas antara lain: </span></span><br />
<ol style="font-family: Trebuchet MS; font-size: 10pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;">
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Hutan kota dapat dibangun pada tanah yang kosong di kawasan : pemukiman, perkantoran dan industri, tepi jalan, tikungan perempatan jalan, tepi jalan tol, tepian sungai, di bawah kawat tegangan tinggi, tepi jalan kereta api dan berbagai tempat lainnya yang memungkinkan untuk ditanami.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pengukuhan hukum terhadap lahan hutan kota. Dengan demikian tidak terlalu mudah untuk merubah kawasan ini menjadi peruntukan lain.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Pembuatan dan penegakan sanksi bagi siapa yang menggunakan lahan hutan kota untuk tujuan-tujuan tertentu di luar peruntukannya.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Sanksi yang cukup berat bagi siapa saja yang melakukan vandalisme.</span> </li>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Melindungi tanaman dengan balutan karung atau membuat pagar misalnya dari bambu, agar binatangtidak mudah masuk dan merusak tanaman.</span> </li>
</span></ol><center></center> <div align="center"><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;"><b><a href="" name="hutkot9">IX. PENUTUP</a></b></span></span></div><div align="left"><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Masalah hutan kota yang paling mendasar hingga saat ini adalah : (1) dukungan dari penentu kebijakan, (2) dukungan finansial, (3) dukungan masyarakat, dan (4) tenaga ahli. Oleh karena itu untuk memperoleh keberhasilan pembangunan dan pengembangan hutan kota di Indonesia dukungan-dukungan seperti yang telah disebutkan di atas perlu disempurnakan secara sungguh-sungguh.</span></span></div><div align="left"><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Ilmu hutan kota merupakan suatu disiplin ilmu yang relatif baru, namun sangat perlu dan segera harus dikembangkan, karena mempunyai keuntungan antara lain:</span></span></div><ol style="font-family: Trebuchet MS; font-size: 10pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS,Arial,Helvetica;">
<li> <div align="left"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Melalui penyuluhan hutan kota kepada masyarakat dapat disampaikan tentang pentingnya menciptakan lingkungan hidup di perkotaan yang sehat, indah, bersih, nyaman dan alami, sehingga dapat dijadikan sebagai komponen pelengkap dalam mewujudkan kemajuan, ketahanan dan masa depan bangsa Indonesia. Usaha penataan kota seperti yang telah dilakukan oleh beberapa kota seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya dan beberapa kota besar lainnya diharapkan akan berjalan lebih pesat lagi dan dapat diikuti dengan beberapa kota lainnya.</span> </div></li>
<li> <div align="left"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Turut mengembangkan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup di perkotaan.</span> </div></li>
<li> <div align="left"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Sebagai salah satu bukti nyata tentang keterlibatan disiplin ilmu kehutanan dalam memecahkan masalah lingkungan global.</span> </div></li>
<li> <div align="left"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Menciptakan lapangan kerja baru bagi sarjana kehutanan dan lulusan sekolah dibawahnya.</span> </div></li>
<li> <div align="left"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Turut serta dalam menangkal kampanye Anti Penggunaan Kayu Tropis.</span> </div></li>
<li> <div align="left"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Turut mensukseskan program kunjungan wisata ke Indonesia.</span> </div></li>
<li> <div align="left"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Mengubah persepsi masyarakat barat yang tidak tepat.</span> </div></li>
<li> <div align="left"><span style="font-family: Trebuchet MS; font-size: x-small;">Membantu pemerintah dalam program udara bersih (PRODASIH)</span> </div></li>
</span></ol></td></tr><br />
</tbody></table>ANDI GUNAWANhttp://www.blogger.com/profile/02380621653099910533noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3747327506933374743.post-90953148996991305812010-10-22T07:48:00.000-07:002010-10-22T07:48:53.725-07:00Tumbuhan peluruh<h1 class="firstHeading" id="firstHeading"><br />
</h1><!-- /firstHeading --><!-- bodyContent --> <!-- tagline --><!-- /tagline --> <!-- subtitle --> <!-- /subtitle --> <!-- jumpto --><!-- /jumpto --> <!-- bodytext --> <div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 222px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Aerial_View_of_Autumn_Forest_Colors.jpg&filetimestamp=20070811223904"><img alt="" class="thumbimage" height="146" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2d/Aerial_View_of_Autumn_Forest_Colors.jpg/220px-Aerial_View_of_Autumn_Forest_Colors.jpg" width="220" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Aerial_View_of_Autumn_Forest_Colors.jpg&filetimestamp=20070811223904" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Pemandangan hutan peluruh di musim gugur.</div></div></div><b>Tumbuhan peluruh</b> atau <b>tumbuhan gugur</b> merupakan sebutan bagi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan" title="Tumbuhan">tumbuhan</a>, terutama pe<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pohon" title="Pohon">pohonan</a>, yang menggugurkan daun-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daun" title="Daun">daunnya</a> pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musim" title="Musim">musim</a> atau keadaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Iklim" title="Iklim">iklim</a> tertentu. Tumbuhan peluruh dapat mendominasi suatu vegetasi (penutup permukaan bumi) dan membentuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bioma" title="Bioma">bioma</a> <b>hutan peluruh</b> atau <b>hutan gugur</b>.<br />
Di daerah ber<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Iklim_sedang" title="Iklim sedang">iklim sedang</a>, seperti di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa" title="Eropa">Eropa</a> bagian Tengah, tumbuhan peluruh menggugurkan daunnya pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musim_gugur" title="Musim gugur">musim gugur</a> (nama musim ini diambil dari ciri khas hutan-hutan demikian), di saat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suhu" title="Suhu">suhu</a> udara rata-rata menurun. Perubahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Warna" title="Warna">warna</a> daun akibat perombakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Klorofil" title="Klorofil">klorofil</a> terjadi hampir serentak sehingga warna hutan menjadi kuning, merah, atau coklat akibat warna dedaunan yang mengering. Suhu yang meningkat di penghujung musim dingin akan memicu munculnya daun-daun baru, seringkali diawali dengan bermunculannya bunga terlebih dahulu.<br />
Di daerah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tropika" title="Tropika">tropika</a> dengan musim kering yang jelas, pepohonan menggugurkan daunnya di saat curah hujan berkurang. Pengguguran ini dapat sebagian maupun seluruhnya. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jati" title="Jati">Jati</a>, misalnya, akan menggugurkan semua daunnya. Pengguguran daun akan mengurangi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Transpirasi" title="Transpirasi">transpirasi</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musim_kemarau" title="Musim kemarau">musim kemarau</a> dan dianggap sebagai mekanisme penghematan energi.<br />
<span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Hutan_peluruh_iklim_sedang">Hutan peluruh iklim sedang</span><br />
Bioma hutan peluruh (<i>deciduous forest</i>) adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan" title="Hutan">hutan</a> dengan ciri tumbuhannya sewaktu musim dingin, daun-daunnya meranggas. Bioma ini dapat dijumpai di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikat" title="Amerika Serikat">Amerika Serikat</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa_Barat" title="Eropa Barat">Eropa Barat</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asia_Timur" title="Asia Timur">Asia Timur</a>, dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cile" title="Cile">Cile</a>.<br />
Bioma ini terbentuk pada wilayah dengan ciri-ciri curah hujan merata sepanjang tahun (75 - 100 cm per tahun), mempunyai empat musim, dan keanekaragaman jenis tumbuhan jauh lebih rendah daripada bioma hutan tropis.<br />
Musim panas pada bioma hutan gugur, energi radiasi matahari yang diterima cukup tinggi, demikian pula dengan presipitasi (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Curah_hujan" title="Curah hujan">curah hujan</a>) dan kelembaban. Kondisi ini menyebabkan pohon-pohon tinggi tumbuh dengan baik, tetapi cahaya masih dapat menembus ke dasar, karena dedaunan tidak begitu lebat tumbuhnya. Konsumen yang ada di daerah ini adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Serangga" title="Serangga">serangga</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Burung" title="Burung">burung</a>, bajing, dan racoon yaitu hewan sebangsa luwak/<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musang" title="Musang">musang</a>.<br />
Pada saat menjelang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musim_dingin" title="Musim dingin">musim dingin</a>, radiasi sinar matahari mulai berkurang, suhu mulai turun. Tumbuhan mulai sulit mendapatkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Air" title="Air">air</a> sehingga daun menjadi merah, coklat akhirnya gugur, sehingga musim itu disebut musim gugur.<br />
Pada saat musim dingin, tumbuhan gundul dan tidak melakukan kegiatan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis" title="Fotosintesis">fotosintesis</a>. Beberapa jenis hewan melakukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hibernasi" title="Hibernasi">hibernasi</a> (tidur pada musim dingin).<br />
Menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai berdaun kembali (bersemi) sehingga disebut musim semi.ANDI GUNAWANhttp://www.blogger.com/profile/02380621653099910533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3747327506933374743.post-74948906584613539212010-10-22T07:43:00.000-07:002010-10-22T07:45:53.123-07:00Hutan bakau<h1 class="firstHeading" id="firstHeading"><br />
</h1><div class="thumb tright"><div class="thumbinner" style="width: 242px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Dead_mangrv_070826-227_mank.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="160" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/9b/Dead_mangrv_070826-227_mank.jpg/240px-Dead_mangrv_070826-227_mank.jpg" width="240" /></a> <br />
<div class="thumbcaption"><div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Dead_mangrv_070826-227_mank.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Hutan bakau di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muara_Angke" title="Muara Angke">Muara Angke</a>, Jakarta (2007)</div></div></div><div class="thumb tright"><div class="thumbinner" style="width: 242px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Gambia_048_from_KG.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="163" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7c/Gambia_048_from_KG.jpg/240px-Gambia_048_from_KG.jpg" width="240" /></a> <br />
<div class="thumbcaption"><div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Gambia_048_from_KG.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Hutan bakau di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zambia" title="Zambia">Zambia</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika" title="Afrika">Afrika</a>.</div></div></div><b>Hutan bakau</b> atau disebut juga <b>hutan mangrove</b> adalah hutan yang tumbuh di atas <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rawa" title="Rawa">rawa-rawa</a> berair <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Payau&action=edit&redlink=1" title="Payau (halaman belum tersedia)">payau</a> yang terletak pada <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_pantai" title="Garis pantai">garis pantai</a> dan dipengaruhi oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pasang-surut&action=edit&redlink=1" title="Pasang-surut (halaman belum tersedia)">pasang-surut</a> air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lumpur" title="Lumpur">pelumpuran</a> dan akumulasi bahan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Organik&action=edit&redlink=1" title="Organik (halaman belum tersedia)">organik</a>. Baik di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Teluk" title="Teluk">teluk-teluk</a> yang terlindung dari gempuran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ombak" title="Ombak">ombak</a>, maupun di sekitar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muara" title="Muara">muara</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai" title="Sungai">sungai</a> di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hulu&action=edit&redlink=1" title="Hulu (halaman belum tersedia)">hulu</a>.<br />
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aerasi&action=edit&redlink=1" title="Aerasi (halaman belum tersedia)">aerasi</a> tanah; <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas" title="Salinitas">salinitas</a> tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Adaptasi" title="Adaptasi">adaptasi</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Evolusi" title="Evolusi">evolusi</a>.<br />
<h2><span class="mw-headline" id="Luas_dan_Penyebaran">Luas dan Penyebaran</span></h2>Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khatulistiwa" title="Khatulistiwa">khatulistiwa</a> di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.<br />
Luas hutan bakau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a> antara 2,5 hingga 4,5 juta <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hektar" title="Hektar">hektar</a>, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 <i>dalam</i> Noor dkk, 1999).<br />
Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dangkalan_Sunda&action=edit&redlink=1" title="Dangkalan Sunda (halaman belum tersedia)">Dangkalan Sunda</a> yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra" title="Sumatra">Sumatra</a>, dan pantai barat serta selatan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan" title="Kalimantan">Kalimantan</a>. Di pantai utara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa">Jawa</a>, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.<br />
Di bagian timur Indonesia, di tepi <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dangkalan_Sahul&action=edit&redlink=1" title="Dangkalan Sahul (halaman belum tersedia)">Dangkalan Sahul</a>, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Papua" title="Papua">Papua</a>, terutama di sekitar <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Teluk_Bintuni" title="Teluk Bintuni">Teluk Bintuni</a>. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.<br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_bakau&action=edit&section=2" title="Sunting bagian: Lingkungan fisik dan zonasi">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Lingkungan_fisik_dan_zonasi">Lingkungan fisik dan zonasi</span></h2><div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 242px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mangroves.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="154" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f0/Mangroves.jpg/240px-Mangroves.jpg" width="240" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mangroves.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Pandangan di atas dan di bawah air, dekat perakaran pohon <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bakau" title="Bakau">bakau</a>, <i>Rhizophora</i> sp.</div></div></div>Jenis-jenis tumbuhan hutan bakau ini bereaksi berbeda terhadap variasi-variasi lingkungan fisik di atas, sehingga memunculkan zona-zona <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vegetasi" title="Vegetasi">vegetasi</a> tertentu. Beberapa faktor lingkungan fisik tersebut adalah:<br />
<h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_bakau&action=edit&section=3" title="Sunting bagian: Jenis tanah">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Jenis_tanah">Jenis tanah</span></h3>Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat berbeda. Yang paling umum adalah hutan bakau tumbuh di atas lumpur <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_liat" title="Tanah liat">tanah liat</a> bercampur dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini sedemikian banyak proporsinya; bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh di atas tanah bergambut.<br />
Substrat yang lain adalah lumpur dengan kandungan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pasir" title="Pasir">pasir</a> yang tinggi, atau bahkan dominan pecahan karang, di pantai-pantai yang berdekatan dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang" title="Terumbu karang">terumbu karang</a>.<br />
<h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_bakau&action=edit&section=4" title="Sunting bagian: Terpaan ombak">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Terpaan_ombak">Terpaan ombak</span></h3>Bagian luar atau bagian depan hutan bakau yang berhadapan dengan laut terbuka sering harus mengalami terpaan ombak yang keras dan aliran air yang kuat. Tidak seperti bagian dalamnya yang lebih tenang.<br />
Yang agak serupa adalah bagian-bagian hutan yang berhadapan langsung dengan aliran air sungai, yakni yang terletak di tepi sungai. Perbedaannya, salinitas di bagian ini tidak begitu tinggi, terutama di bagian-bagian yang agak jauh dari muara. Hutan bakau juga merupakan salah satu perisai alam yang menahan laju ombak besar.<br />
<h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_bakau&action=edit&section=5" title="Sunting bagian: Penggenangan oleh air pasang">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Penggenangan_oleh_air_pasang">Penggenangan oleh air pasang</span></h3>Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang paling lama dibandingkan bagian yang lainnya; bahkan kadang-kadang terus menerus terendam. Pada pihak lain, bagian-bagian di pedalaman hutan mungkin hanya terendam air laut manakala terjadi pasang tertinggi sekali dua kali dalam sebulan.<br />
Menghadapi variasi-variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami terbentuk zonasi vegetasi mangrove; yang biasanya berlapis-lapis mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut, hingga ke pedalaman yang relatif kering.<br />
Jenis-jenis <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bakau" title="Bakau">bakau</a> (<i>Rhizophora</i> spp.) biasanya tumbuh di bagian terluar yang kerap digempur ombak. Bakau <i>Rhizophora apiculata</i> dan <i>R. mucronata</i> tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau <i>R. stylosa</i> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perepat" title="Perepat">perepat</a> (<i>Sonneratia alba</i>) tumbuh di atas pasir berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup api-api hitam (<i>Avicennia alba</i>) di zona terluar atau zona pionir ini.<br />
Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang tinggi, biasa ditemui campuran bakau <i>R. mucronata</i> dengan jenis-jenis <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kendeka&action=edit&redlink=1" title="Kendeka (halaman belum tersedia)">kendeka</a> (<i>Bruguiera</i> spp.), <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kaboa&action=edit&redlink=1" title="Kaboa (halaman belum tersedia)">kaboa</a> (<i>Aegiceras corniculata</i>) dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasa ditemui <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nipah" title="Nipah">nipah</a> (<i>Nypa fruticans</i>), pidada (<i>Sonneratia caseolaris</i>) dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bintaro" title="Bintaro">bintaro</a> (<i>Cerbera</i> spp.).<br />
Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nirih&action=edit&redlink=1" title="Nirih (halaman belum tersedia)">nirih</a> (<i>Xylocarpus</i> spp.), <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teruntum&action=edit&redlink=1" title="Teruntum (halaman belum tersedia)">teruntum</a> (<i>Lumnitzera racemosa</i>), <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dungun" title="Dungun">dungun</a> (<i>Heritiera littoralis</i>) dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kayu_buta-buta&action=edit&redlink=1" title="Kayu buta-buta (halaman belum tersedia)">kayu buta-buta</a> (<i>Excoecaria agallocha</i>).<br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_bakau&action=edit&section=6" title="Sunting bagian: Bentuk-bentuk adaptasi">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Bentuk-bentuk_adaptasi">Bentuk-bentuk adaptasi</span></h2>Menghadapi lingkungan yang ekstrim di hutan bakau, tetumbuhan beradaptasi dengan berbagai cara. Secara fisik, kebanyakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vegetasi" title="Vegetasi">vegetasi</a> mangrove menumbuhkan organ khas untuk bertahan hidup. Seperti aneka bentuk akar dan kelenjar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Garam" title="Garam">garam</a> di daun. Namun ada pula bentuk-bentuk adaptasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fisiologi" title="Fisiologi">fisiologis</a>.<br />
<div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 282px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Muthupet.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="210" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/ba/Muthupet.jpg/280px-Muthupet.jpg" width="280" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Muthupet.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Tegakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Api-api" title="Api-api">api-api</a> <i>Avicennia</i> di tepi laut. Perhatikan akar napas yang muncul ke atas lumpur pantai.</div></div></div>Pohon-pohon bakau (<i>Rhizophora</i> spp.), yang biasanya tumbuh di zona terluar, mengembangkan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Akar_tunjang&action=edit&redlink=1" title="Akar tunjang (halaman belum tersedia)">akar tunjang</a> (<i>stilt root</i>) untuk bertahan dari ganasnya gelombang. Jenis-jenis <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Api-api" title="Api-api">api-api</a> (<i>Avicennia</i> spp.) dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pidada" title="Pidada">pidada</a> (<i>Sonneratia</i> spp.) menumbuhkan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Akar_napas&action=edit&redlink=1" title="Akar napas (halaman belum tersedia)">akar napas</a> (<i>pneumatophore</i>) yang muncul dari pekatnya lumpur untuk mengambil <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Oksigen" title="Oksigen">oksigen</a> dari udara. Pohon <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kendeka&action=edit&redlink=1" title="Kendeka (halaman belum tersedia)">kendeka</a> (<i>Bruguiera</i> spp.) mempunyai <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Akar_lutut&action=edit&redlink=1" title="Akar lutut (halaman belum tersedia)">akar lutut</a> (<i>knee root</i>), sementara pohon-pohon <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nirih&action=edit&redlink=1" title="Nirih (halaman belum tersedia)">nirih</a> (<i>Xylocarpus</i> spp.) berakar papan yang memanjang berkelok-kelok; keduanya untuk menunjang tegaknya pohon di atas lumpur, sambil pula mendapatkan udara bagi pernapasannya. Ditambah pula kebanyakan jenis-jenis vegetasi mangrove memiliki <i>lentisel</i>, lubang pori pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pepagan" title="Pepagan">pepagan</a> untuk bernapas.<br />
Untuk mengatasi salinitas yang tinggi, api-api mengeluarkan kelebihan garam melalui kelenjar di bawah daunnya. Sementara jenis yang lain, seperti <i>Rhizophora mangle</i>, mengembangkan sistem perakaran yang hampir tak tertembus air garam. Air yang terserap telah hampir-hampir <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tawar&action=edit&redlink=1" title="Tawar (halaman belum tersedia)">tawar</a>, sekitar 90-97% dari kandungan garam di air laut tak mampu melewati saringan akar ini. Garam yang sempat terkandung di tubuh tumbuhan, diakumulasikan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daun" title="Daun">daun</a> tua dan akan terbuang bersama gugurnya daun.<br />
Pada pihak yang lain, mengingat sukarnya memperoleh air tawar, vegetasi mangrove harus berupaya mempertahankan kandungan air di dalam tubuhnya. Padahal lingkungan lautan tropika yang panas mendorong tingginya penguapan. Beberapa jenis tumbuhan hutan bakau mampu mengatur bukaan mulut daun (<i>stomata</i>) dan arah hadap permukaan daun di siang hari terik, sehingga mengurangi <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Evaporasi" title="Evaporasi">evaporasi</a> dari daun.<br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_bakau&action=edit&section=7" title="Sunting bagian: Perkembangbiakan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Perkembangbiakan">Perkembangbiakan</span></h2>Adaptasi lain yang penting diperlihatkan dalam hal perkembang biakan jenis. Lingkungan yang keras di hutan bakau hampir tidak memungkinkan jenis biji-bijian berkecambah dengan normal di atas lumpurnya. Selain kondisi kimiawinya yang ekstrem, kondisi fisik berupa lumpur dan pasang-surut air laut membuat biji sukar mempertahankan daya hidupnya.<br />
Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis mangrove yang bersifat <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vivipar&action=edit&redlink=1" title="Vivipar (halaman belum tersedia)">vivipar</a>: yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon.<br />
Contoh yang paling dikenal barangkali adalah perkecambahan buah-buah bakau (<i>Rhizophora</i>), <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tengar" title="Tengar">tengar</a> (<i>Ceriops</i>) atau kendeka (<i>Bruguiera</i>). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh pada bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan melancong ke tempat-tempat jauh.<br />
Buah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nipah" title="Nipah">nipah</a> (<i>Nypa fruticans</i>) telah muncul pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah api-api, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kaboa&action=edit&redlink=1" title="Kaboa (halaman belum tersedia)">kaboa</a> (<i>Aegiceras</i>), <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jeruju&action=edit&redlink=1" title="Jeruju (halaman belum tersedia)">jeruju</a> (<i>Acanthus</i>) dan beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon, meski tak nampak dari sebelah luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak lagi meningkatkan keberhasilan hidup dari anak-anak semai pohon-pohon itu. Anak semai semacam ini disebut dengan istilah <i>propagul</i>.<br />
Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh arus dan ombak laut hingga berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin menyeberangi laut atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat" title="Selat">selat</a> bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya. Propagul dapat ‘tidur’ (<i>dormant</i>) berhari-hari bahkan berbulan, selama perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok. Jika akan tumbuh menetap, beberapa jenis propagul dapat mengubah perbandingan bobot bagian-bagian tubuhnya, sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul mengambang <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vertikal&action=edit&redlink=1" title="Vertikal (halaman belum tersedia)">vertikal</a> di air. Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di dasar air dangkal yang berlumpur.<br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_bakau&action=edit&section=8" title="Sunting bagian: Suksesi hutan bakau">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Suksesi_hutan_bakau">Suksesi hutan bakau</span></h2>Tumbuh dan berkembangnya suatu hutan dikenal dengan istilah suksesi hutan (<i>forest succession</i> atau <i>sere</i>). Hutan bakau merupakan suatu contoh suksesi hutan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lahan_basah" title="Lahan basah">lahan basah</a> (disebut <i>hydrosere</i>). Dengan adanya proses suksesi ini, perlu diketahui bahwa zonasi hutan bakau pada uraian di atas tidaklah kekal, melainkan secara perlahan-lahan bergeser.<br />
Suksesi dimulai dengan terbentuknya suatu paparan lumpur (<i>mudflat</i>) yang dapat berfungsi sebagai substrat hutan bakau. Hingga pada suatu saat substrat baru ini diinvasi oleh propagul-propagul vegetasi mangrove, dan mulailah terbentuk vegetasi <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pionir&action=edit&redlink=1" title="Pionir (halaman belum tersedia)">pionir</a> hutan bakau.<br />
Tumbuhnya hutan bakau di suatu tempat bersifat menangkap lumpur. Tanah halus yang dihanyutkan aliran sungai, pasir yang terbawa arus laut, segala macam sampah dan hancuran vegetasi, akan diendapkan di antara perakaran vegetasi mangrove. Dengan demikian lumpur lambat laun akan terakumulasi semakin banyak dan semakin cepat. Hutan bakau pun semakin meluas.<br />
Pada saatnya bagian dalam hutan bakau akan mulai mengering dan menjadi tidak cocok lagi bagi pertumbuhan jenis-jenis pionir seperti <i>Avicennia alba</i> dan <i>Rhizophora mucronata</i>. Ke bagian ini masuk jenis-jenis baru seperti <i>Bruguiera</i> spp. Maka terbentuklah zona yang baru di bagian belakang.<br />
Demikian perubahan terus terjadi, yang memakan waktu berpuluh hingga beratus tahun. Sementara zona pionir terus maju dan meluaskan hutan bakau, zona-zona berikutnya pun bermunculan di bagian pedalaman yang mengering.<br />
Uraian di atas adalah penyederhanaan, dari keadaan alam yang sesungguhnya jauh lebih rumit. Karena tidak selalu hutan bakau terus bertambah luas, bahkan mungkin dapat habis karena faktor-faktor alam seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abrasi" title="Abrasi">abrasi</a>. Demikian pula munculnya zona-zona tak selalu dapat diperkirakan.<br />
Di wilayah-wilayah yang sesuai, hutan mangrove ini dapat tumbuh meluas mencapai ketebalan 4 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kilometer" title="Kilometer">km</a> atau lebih; meskipun pada umumnya kurang dari itu.<br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_bakau&action=edit&section=9" title="Sunting bagian: Kekayaan flora">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Kekayaan_flora">Kekayaan flora</span></h2>Beraneka jenis tumbuhan dijumpai di hutan bakau. Akan tetapi hanya sekitar 54 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Spesies" title="Spesies">spesies</a> dari 20 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Genus" title="Genus">genera</a>, anggota dari sekitar 16 suku, yang dianggap sebagai jenis-jenis mangrove sejati. Yakni jenis-jenis yang ditemukan hidup terbatas di lingkungan hutan mangrove dan jarang tumbuh di luarnya.<br />
Dari jenis-jenis itu, sekitar 39 jenisnya ditemukan tumbuh di Indonesia; menjadikan hutan bakau Indonesia sebagai yang paling kaya jenis di lingkungan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samudera_Hindia" title="Samudera Hindia">Samudera Hindia</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pasifik" title="Pasifik">Pasifik</a>. Total jenis keseluruhan yang telah diketahui, termasuk jenis-jenis mangrove ikutan, adalah 202 spesies (Noor dkk, 1999).<br />
Berikut ini adalah daftar suku dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Genus" title="Genus">genus</a> mangrove sejati, beserta jumlah jenisnya (dimodifikasi dari Tomlinson, 1986).<br />
<h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_bakau&action=edit&section=10" title="Sunting bagian: Penyusun utama">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Penyusun_utama">Penyusun utama</span></h3><table class="wikitable"><tbody>
<tr> <th>Suku</th> <th>Genus, jumlah spesies</th> </tr>
<tr> <td><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Acanthaceae" title="Acanthaceae">Acanthaceae</a></b> (<i>syn.</i>: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Avicenniaceae&action=edit&redlink=1" title="Avicenniaceae (halaman belum tersedia)">Avicenniaceae</a> atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Verbenaceae" title="Verbenaceae">Verbenaceae</a>)</td> <td><i>Avicennia</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Api-api" title="Api-api">api-api</a>), 9</td> </tr>
<tr> <td><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Combretaceae" title="Combretaceae">Combretaceae</a></b></td> <td><i>Laguncularia</i>, 11; <i>Lumnitzera</i> (<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teruntum&action=edit&redlink=1" title="Teruntum (halaman belum tersedia)">teruntum</a>), 2</td> </tr>
<tr> <td><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arecaceae" title="Arecaceae">Arecaceae</a></b></td> <td><i>Nypa</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nipah" title="Nipah">nipah</a>), 1</td> </tr>
<tr> <td><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rhizophoraceae" title="Rhizophoraceae">Rhizophoraceae</a></b> </td> <td><i>Bruguiera</i> (<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kendeka&action=edit&redlink=1" title="Kendeka (halaman belum tersedia)">kendeka</a>), 6; <i>Ceriops</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tengar" title="Tengar">tengar</a>), 2; <i>Kandelia</i> (<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berus-berus&action=edit&redlink=1" title="Berus-berus (halaman belum tersedia)">berus-berus</a>), 1; <i>Rhizophora</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bakau" title="Bakau">bakau</a>), 8</td> </tr>
<tr> <td><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sonneratiaceae&action=edit&redlink=1" title="Sonneratiaceae (halaman belum tersedia)">Sonneratiaceae</a></b></td> <td><i>Sonneratia</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pidada" title="Pidada">pidada</a>), 5</td> </tr>
</tbody></table><h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_bakau&action=edit&section=11" title="Sunting bagian: Penyusun minor">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Penyusun_minor">Penyusun minor</span></h3><div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 202px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Acrostichum_aureum.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="260" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c1/Acrostichum_aureum.jpg/200px-Acrostichum_aureum.jpg" width="200" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Acrostichum_aureum.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Paku laut, <i>Acrostichum aureum</i>.</div></div></div><table class="wikitable"><tbody>
<tr> <th>Suku</th> <th>Genus, jumlah spesies</th> </tr>
<tr> <td><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Acanthaceae" title="Acanthaceae">Acanthaceae</a></b></td> <td><i>Acanthus</i> (<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jeruju&action=edit&redlink=1" title="Jeruju (halaman belum tersedia)">jeruju</a>), 1; <i>Bravaisia</i>, 2</td> </tr>
<tr> <td><b><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bombacaceae" title="Bombacaceae">Bombacaceae</a></b></td> <td><i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Camptostemon&action=edit&redlink=1" title="Camptostemon (halaman belum tersedia)">Camptostemon</a></i>, 2</td> </tr>
<tr> <td><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cyperaceae" title="Cyperaceae">Cyperaceae</a></b></td> <td><i>Fimbristylis</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mendong" title="Mendong">mendong</a>), 1</td> </tr>
<tr> <td><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Euphorbiaceae" title="Euphorbiaceae">Euphorbiaceae</a></b></td> <td><i>Excoecaria</i> (<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kayu_buta-buta&action=edit&redlink=1" title="Kayu buta-buta (halaman belum tersedia)">kayu buta-buta</a>), 2</td> </tr>
<tr> <td><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lythraceae" title="Lythraceae">Lythraceae</a></b></td> <td><i>Pemphis</i> (<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cantigi_laut&action=edit&redlink=1" title="Cantigi laut (halaman belum tersedia)">cantigi laut</a>), 1</td> </tr>
<tr> <td><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Meliaceae" title="Meliaceae">Meliaceae</a></b></td> <td><i>Xylocarpus</i> (<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nirih&action=edit&redlink=1" title="Nirih (halaman belum tersedia)">nirih</a>), 2</td> </tr>
<tr> <td><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Myrsinaceae&action=edit&redlink=1" title="Myrsinaceae (halaman belum tersedia)">Myrsinaceae</a></b></td> <td><i>Aegiceras</i> (<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kaboa&action=edit&redlink=1" title="Kaboa (halaman belum tersedia)">kaboa</a>), 2</td> </tr>
<tr> <td><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Myrtaceae" title="Myrtaceae">Myrtaceae</a></b></td> <td><i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Osbornia&action=edit&redlink=1" title="Osbornia (halaman belum tersedia)">Osbornia</a></i>, 1</td> </tr>
<tr> <td><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pellicieraceae&action=edit&redlink=1" title="Pellicieraceae (halaman belum tersedia)">Pellicieraceae</a></b></td> <td><i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pelliciera&action=edit&redlink=1" title="Pelliciera (halaman belum tersedia)">Pelliciera</a></i>, 1</td> </tr>
<tr> <td><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Plumbaginaceae" title="Plumbaginaceae">Plumbaginaceae</a></b> </td> <td><i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aegialitis&action=edit&redlink=1" title="Aegialitis (halaman belum tersedia)">Aegialitis</a></i>, 2</td> </tr>
<tr> <td><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pteridaceae" title="Pteridaceae">Pteridaceae</a></b></td> <td><i>Acrostichum</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Paku_laut" title="Paku laut">paku laut</a>), 3</td> </tr>
<tr> <td><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rubiaceae" title="Rubiaceae">Rubiaceae</a></b></td> <td><i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Scyphiphora&action=edit&redlink=1" title="Scyphiphora (halaman belum tersedia)">Scyphiphora</a></i>, 1</td> </tr>
<tr> <td><b><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sterculiaceae" title="Sterculiaceae">Sterculiaceae</a></b></td> <td><i>Heritiera</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dungun" title="Dungun">dungun</a>)2, 3</td> </tr>
</tbody></table><h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_bakau&action=edit&section=12" title="Sunting bagian: Artikel terkait">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Artikel_terkait">Artikel terkait</span></h2><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Margasatwa_hutan_bakau&action=edit&redlink=1" title="Margasatwa hutan bakau (halaman belum tersedia)">Margasatwa hutan bakau</a>.<br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_bakau&action=edit&section=13" title="Sunting bagian: Rujukan dan pranala luar">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Rujukan_dan_pranala_luar">Rujukan dan pranala luar</span></h2><ul><li>Anwar, J., S.J. Damanik, N. Hisyam, dan A. Whitten. 1984. <i>Ekologi Ekosistem Sumatra</i>. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta.</li>
<li>Noor, Y.R., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. <i>Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia</i>. PKA/WI-IP. Bogor.</li>
<li>Tomlinson, P. B., 1986: <i>The Botany of Mangroves</i>, Cambridge University Press.</li>
<li><span lang="en" style="cursor: help; font-family: 'Courier New',monospace;" title="Situs atau karya ini dalam bahasa Inggris." xml:lang="en"><b>(en)</b></span> <a class="external text" href="http://www.unesco.org/csi/intro/mangrove.htm" rel="nofollow">The story of the UNESCO Mangrove Programme</a></li>
<li><span lang="en" style="cursor: help; font-family: 'Courier New',monospace;" title="Situs atau karya ini dalam bahasa Inggris." xml:lang="en"><b>(en)</b></span> <a class="external text" href="http://www.panda.org/about_wwf/where_we_work/ecoregions/about/habitat_types/selecting_terrestrial_ecoregions/habitat14.cfm" rel="nofollow">WWF article about the mangrove biome</a></li>
<li><span lang="en" style="cursor: help; font-family: 'Courier New',monospace;" title="Situs atau karya ini dalam bahasa Inggris." xml:lang="en"><b>(en)</b></span> <a class="external text" href="http://www.kenyanmangroves.com/" rel="nofollow">East African Mangroves</a></li>
<li><span lang="en" style="cursor: help; font-family: 'Courier New',monospace;" title="Situs atau karya ini dalam bahasa Inggris." xml:lang="en"><b>(en)</b></span> <a class="external text" href="http://www.mangrove.at/" rel="nofollow">Large mangrove website</a></li>
<li><span lang="en" style="cursor: help; font-family: 'Courier New',monospace;" title="Situs atau karya ini dalam bahasa Inggris." xml:lang="en"><b>(en)</b></span> <a class="external text" href="http://www.mangroveboard.com/" rel="nofollow">www.mangroveboard.com</a> Mangrove Board</li>
<li><span lang="en" style="cursor: help; font-family: 'Courier New',monospace;" title="Situs atau karya ini dalam bahasa Inggris." xml:lang="en"><b>(en)</b></span> <a class="external text" href="http://www.glomis.com/" rel="nofollow">Global Mangrove database and Information System (GLOMIS)</a></li>
</ul>ANDI GUNAWANhttp://www.blogger.com/profile/02380621653099910533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3747327506933374743.post-4730107837659604572010-10-22T07:33:00.000-07:002010-10-22T07:33:10.786-07:00PUSAT PENDIDIKAN DAN KEHUTANAN<a href="http://pusdiklat-dephut.net/#"><img height="45" src="http://pusdiklat-dephut.net/image-source/logo-dephut-50.png" width="45" /></a> <br />
<div class="home"> Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan merupakan salah satu unit organisasi pada Departemen Kehutanan yang memiliki tugas pokok dan fungsi dalam penyelenggaraan diklat kehutanan. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi tersebut dilaksanakan dengan mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. P.13/Menhut-II/2005 tanggal 6 Mei 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan. Secara umum fungsi dan tugas penyelenggaraan diklat kehutanan meliputi kegiatan pengkoordinasian, pembinaan dan pelaksanaan diklat di lingkungan Departemen Kehutanan </div><div class="home"> Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi, Pusat Diklat Kehutanan pada tahun 2004 didukung dengan 8 (Delapan) Unit Pelaksana Teknis (UPT), yaitu 7 (tujuh) Balai Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kehutanan yang berada di Bogor, Kadipaten, Pematangsiantar, Pekanbaru, Samarinda, Makassar, dan Kupang. Unit Pelaksana Teknis lainnya yaitu unit kerja Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) yang beralokasi di SKMA Manokwari. </div><a href="http://pusdiklat-dephut.net/organisasi/sejarah">baca selengkapnya</a> <div class="pusdik"> Berita </div><a href="http://pusdiklat-dephut.net/#"><img height="40" src="http://pusdiklat-dephut.net/image-source/news-home.png" /></a>ANDI GUNAWANhttp://www.blogger.com/profile/02380621653099910533noreply@blogger.com0