| Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhan indah, 20
L : luas hutan kota (m2)
a : kebutuhan oksigen per orang (kg/jam)
b : rerataan kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam)
V : jumlah penduduk
W : jumlah kendaraan bermotor
20 : tetapan (kg/jam/ha) Sistem penentuan luasan kota berdasarkan cara pertama dan kedua sangat mudah dan sederhana. Tanpa turut diperhitungkan faktor lainnya. Namun kedua-duanya tidak memeliki alasan (justification) yang mendasar dan kuat. Misalnya jika ditetapkan 15%, mengapa dipilih 15%? Mengapa tidak 13 atau 16% bahkan 20 atau 30% ? Boleh jadi dengan perhitungan kedua cara ini, jika dikaji secara ekonomi, efisiensi penggunaan sumberdaya alam menjadi tidak efisien, karena hasil perhitungan sesungguhnya over estimate, atau malah hutan kota ini kurang efektif karena perhitungan yang under estimate.
Dengan sistem perhitungan kedua dapat diterima akal, jika semakin tinggi populasi manusia, hutan kota yang harus dibangun juga semakin luas. Namun pada kenyataannya, dengan semakin padat dan semakin meningkatnya kegiatan manusia, maka biasanya harga lahan akan semakin mahal dengan peruntukan lahan yang semakin beragam. Sehingga pada pelaksanaannya sering mengalami hambatan. Dengan menggunakan sistem perhitungan kedua, maka hutan kota yang harus disediakan juga cenderung bergerak naik, sesuai dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk.
Cara ketiga memang nampak lebih padat memecahkan masalah yang muncul. Bukankah hutan kota yang dibangun dimaksudkan untuk mengatasi masalah tersebut? Walaupun dengan cara ini penentuan luasannya lebih dapat dipertanggungjawabkan, namun cara ini mempunyai beberapa kesulitan antara lain:
- Perhitungannya agak sulit.
- Kadang-kadang sulit menentukan mana yang sesungguhnya menjadi masalah utama.
- Andaikata ada lebih dari satu isu utama, maka akan dihasilkan lebih dari satu angka luasan hutan kota. Kemudian muncul masalah luasan mana yang harus diambil.
- Karena penentuannya perlu penelitian, maka dibutuhkan waktu, tim peneliti, sarana dan biaya yang mungkin tidak sedikit.
- Nilai luasannya akan cenderung bergerak naik dengan bertambahnya waktu, karena aktifitas dan populasi manusia, jumlah kendaraan dan industri akan meningkat dengan bertambahnya waktu.
- Boleh jadi luasan hutan kota yang harus disediakan melebihi luasan kota itu secara administratifnya.
5. Komponen Pendukung
Beberapa komponen pendukung yang diperlukan untuk pembangunan dan pengembangan hutan kota antara lain:
- Tersedianya kebun pembibitan yang dapat menyediakan bibit secara massal,
- Ilmu dan teknologi yang memadai,
- Pelayanan jasa konsultasi untuk umum,
- Dukungan dari penentu kebijakan,
- Peraturan-perundangan,
- Dukungan masyarakat, dan
- Tenaga ahli.
BAB VII. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN 1. Penanaman
Pohon-pohon yang kecil mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gangguan akibat pemindahan daripada pohon-pohon yang besar. Oleh sebab itu untuk menanam pohon- pohon yang besar perlu ahli yang berpengalaman, alat-alat, kendaraan dan biaya yang relatif mahal. Ukuran pohon yang optimum untuk dapat dipindahkan sangat bervariasi tegantung kepada jenisnya. Walaupun demikian ukuran pohon yang banyak ditanam yang mempunyai diameter batang antara 5-10 mm dan tingginya antara 30-100 cm.
Cara pemindahan pohon yang besar seperti yang pernah dilakukan di California untuk pohon deodara (Cedrus deodara yang tingginya 26 m, peppertree (Schinus molle) yang tingginya 47 m dan diameter batangnya 1,27 m dan beratnya 52 ton serta pohon palm yang tingginya 32 m dan beratnya 35 ton adalah sebagai berikut.
Pertama-tama akar diputar dengan membuat bongkahan tanah yang besarnya seukuran daerah minimal perakaran tapi cukup besar untuk tidak terlalu mengganggu pertumbuhan pohon itu sendiri. Dengan menggunakan dua buah bulldozer yang satu mendorong dan lainnya mengangkatnya, maka akar berikut tanahnya digali. Bulatan tanah (putaran) itu kemudian dibungkus dengan menggunakan plastik atau karung yang kuat. Bungkusan itu kemudian diikat dengan menggunakan rantai besi yang kuat. Rantai besi ini dipergunakan untuk mengangkat tanaman berikut tanahnya dan dinaikkan ke atas truk/trailer untuk dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan.
Lubang harus disiapkan sebelum tanaman dipindahkan ke tempat yang baru. Ukuran lubang hendaknya lebih besar daripada ukuran daerah perakaran pohon yang hendak ditanam, biasanya satu setengah atau dua kali dari ukuran bulatan perakaran tanaman. Jika daerah perakaran mempunyai diameter 1,5 m dan 0,75 m dalamnya, maka diameter ukuran lubang sekitar 2,5 m dan tingginya 1,5 m. Pada tanah kurang subur ukuran lubang ini harus betul-betul diperhatikan. Pembuatan lubang dengan ukuran yang besar ini perlu dikerjakan mengingat beberapa saat setelah tanaman itu dipindahkan ke tempat yang baru, akar akan mulai tumbuh ke luar dari dalam putaran dan menembus media yang baru.
Satu atau dua minggu sebelum tanam, lubang ini diisi dengan pupuk kandang atau kompos yang diperkaya dengan pupuk buatan, Jika daerah tersebut merupakan tempat sarang rayap, maka perlu diberi insektisida butiran yang persisten.
Bila tanah sangat asam dan tanaman yang hendak ditanam merupakan tanaman yang membutuhkan kisaran pH tanah normal sampai basa, maka tanah perlu diberi kapur 3-4 minggu sebelum tanam. Sebaliknya jika tanahnya agak basa, sedangkan tanaman yang akan ditanam lebih menyenangi tanah asam, maka tanah perlu diberi belerang atau pupuk yang bersifat asam seperti Amonium sulfat. Pemberian media yang cocok dengan keperluan tanaman ini sangat perlu untuk diperhatikan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman.
Saluran drainase perlu dibuatkan khususnya untuk tanah yang kandungan liat dan humusnya sangat tinggi. Pada kondisi yang seperti ini air yang berlebih dapat mengakibatkan akar menjadi busuk karena serangan penyakit atau karena menderita kekurangan oksigen (asphyxia).
Akar harus pula cukup mendapatkan udara untuk pernapasannya. Oleh sebab itu, pada saat akar tanaman ditimbun kembali dengan tanah tidak boleh terlalu dipadatkan, agar tanah masih tetap berpori dan gembur.
Pohon dapat dipindahkan ke tempat lain melalui dua cara. Cara yang pertama, tanaman dipindahkan tanpa disertai dengan tanahnya. Cara ini lebih mudah penggaliannya dan membawanyapun lebih ringan. Sedangkan cara kedua yaitu tanaman dipindahkan dengan sedikit menyertakan tanahnya. Cara yang terakhir ini lebih sulit karena lebih berat, namun mengingat nilai kegagalannya lebih kecil, maka cara ini banyak juga dilakukan.
Untuk cara pertama yakni akar tanpa tanah, akar yang telanjang itu harus dibungkus dengan karung, koran atau jerami yang sebelumnya telah direndam dalam air. Akar perlu dihindarkan dari sengatan cahaya matahari. Apabila waktu pengangkutan dan jarak waktu antara penggalian dan penanaman lebih dari satu hari, maka cara ini hanya dapat dianjurkan dilakukan pada musim hujan. Selama pengangkutan bahan penutup harus selalu basah dengan jalan menyemprot atau menyiramnya selama dalam perjalanan.
Cara yang kedua yaitu mendapatkan tanaman beserta tanahnya atau yang lebih dikenal dengan cara bola (putaran). Nama ini diberikan karena bentuk tanah yang menyertai akar hampir menyerupai bola. Walaupun demikian pada kenyataannya bentuknya tidak selalu bulat, kadang-kadang berupa silinder. Ukuran bola hendaknya menurut proporsi ukuran pohon. Biasanya diameter bola 8-10 kali lebih besar daripada diameter pohon.
a. Penyiapan Putaran
Untuk tanaman yang sudah tua sebaiknya penyiapan putaran (bola) tidak dilakukan dalam jangka waktu yang sangat pendek. Penyiapan putaran sudah dilakukan 5 bulan sampai 1 tahun sebelum pohon tersebut dipindah-tanamkan. Pada bulan pertama bagian akar yang di luar putaran digali dan akarnya dipotong dan dibuang ke luar. Batu dan kerikil juga diangkat dan dibuang, lubang kemudian diurug kembali dengan tanah. Pada bulan ketiga perlakuan seperti itu dilakukan lagi namun pada bulan ketiga ini pemotongan akar lebih mendekat ke arah pohon yaitu tepat pada ukuran putaran yang akan kita bentuk. Pada bulan kelima pohon siap diangkat dan dipindahkan ke tempat lain. Semakin besar tinggi dan lebar tajuk, maka waktu yang diperlukan untuk perlakuan tersebut semakin lama, bisa sampai satu tahun. Perlakuan yang diberikan dalam jangka waktu 2-5 tahun tidak dianjurkan, karena memakan waktu terlalu lama dan akar yang semula kecil akan tumbuh berubah menjadi terlalu besar.
Perlakuan seperti diterangkan di atas dimaksudkan untuk merangsang terbentuknya sistem perakaran yang kompak di dalam putaran. Selain itu untuk melatih tanaman unuk dapat hidup dengan akar yang lebih sedikit. Sehingga pada saat pemindahan nanti tidak terjadi guncangan (shock) hebat, akibat akarnya banyak berkurang.
Ukuran yang tepat dari diameter dan tinggi putaran berlainan untuk setiap jenis tanaman. Jenis tanaman yang mempunyai akar tunggang yang panjang seperti cemara lilin, tinggi putaran harus jauh lebih besar daripada diameternya. Demikian sebaliknya tanaman yang akarnya menyebar dangkal seperti angsana dan kenari, ukuran diameter putaran harus lebih besar daripada tingginya.
Putaran kemudian diletakkan di atas truk atau trailer. Putaran disimpan di bagian depan, sedangkan bagian tajuk diletakkan di bagian belakang. Akan sangat bermanfaat bila ada penyangga cabang dan pohon dari kayu agar pohon dapat lebih stabil terhindar dari bobot cabang, ranting dan dedaunan, khususnya untuk pengangkutan yang melewati jalan yang bergelombnag/berlubang, karena ranting dan dedaunan yang berat dengan guncangan yang kuat dapat mengakibatkan cabang/batang menjadi tertekuk atau patah. Pohon atau batang yang bersinggungan dengan kayu penyangga hendaknya dibalut dengan busa yang tebal untuk menghindarkan perlukaan karena gesekn.
Ranting dan cabang diikat dengan ditali untuk mengurangi gerakan yang hebat oleh angin selama dalam perjalanan.
Untuk pohon yang rindang dan besar sebaiknya pengangkutan dilakukan pada kondisi angin yang lemah pada cuaca yang mendung. Pengangkutan sangat dianjurkan di malam hari, jika jarak pengangkutannya sangat jauh.
Di negara maju pada saat ini telah tersedia kendaraan khusus pengangkut untuk membawa pohon seperti Big John Tree Transpalnter atau Vermeer Tree Spade (Haller, 1986).
b. Penanaman Kembali
Jika ukuran putaran sangat besar dan terlalu berat untuk dipindahkan dengan tenaga manusia, maka pohon dapat dipindah-turunkan dengan menggunakan crane. Kedalaman akar pada saat penanaman kembali harus sama dengan kedalamannya semula. Jika pada tempat yang baru tanaman ditanam lebih dalam, maka akarnya dapat menderita kekurangan udara (asphyixia). Sebaliknya jika tanaman ditanam terlalu dangkal, maka dikhawatirkan tanaman akan menderita kekeringan dan kepanasan akibat sengatan sinar matahari
Sistem pemindahan tanaman dengan akar terbuka membutuhkan perhatian yang lebih khusus daripada pemindahan tanaman dengan sistem putaran. Akar yang rusak karena patah atau luka harus dipotong dan diberi parafin atau media tumbuh disekelilingnya ditaburi dengan fungisida dan insektisida yang persisten.
Pohon harus diletakkan ditengah-tengah lubang dengan arah yang tegak. Jika pohon itu kecil seseorang dapat memegangnya supaya tegak dan yang lainnya menguburnya dengan tanah.
Pada tanah yang kurang baik sistem drainasenya, di bagian bawah akar harus diberi batu, kerikil dan pasir, agar akar tidak menjadi tergenang akibat kelebihan air. Dengan menggunakan pipa paralon yang ujungnya telah dibalut dengan ijuk yang disimpan di bawah putaran, kelebihan air ini dapat dibuang ke saluran drainase.
Jika pengangkatan putaran dengan menggunakan plat besi di bagian bawah putaran, maka putaran diturunkan dulu pada lokasi di luar posisi yang diinginkan yang ada beberapa pohon kecil yang lurus. Pohon ini berguna untuk mempermudah memindahkan putaran untuk diletakkan pada lokasi yang diinginkan. Tali pengikat yang terbuat dari kawat atau plat dibuka dan dibuang ke luar lubang, sedangkan tali serta karung goni pembungkus putaran yang dapat hancur dapat dibiarkan saja tetap melilit dan membungkusnya.
c. Penyiraman
Segera setelah pohon selesai ditanam, pohon harus diberi air. Pemberian air tidak dianjurkan diberikan pada saat atau sebelum pohon ditanam, karena dapat mengakibatkan terbentuknya lumpur, tanah menjadi padat dan pengerjaan penanaman menajdi sulit karena licin.
Pada musim kemarau pemberian air harus dilakukan pagi dan sore hari, sedangkan pada musim penghujan hanya diberikan, jika tidak ada hujan untuk beberapa hari atau apabila tanah terlihat sangat kering. Pemberian air tidak boleh terlalu berlebihan dan tidak boleh terlalu sedikit. Penyiraman dianggap cukup jika tanah terlihat lembab sampai basah.
d. Pemupukan
Mengingat tanah-tanah di perkotaan mempunyai kesuburan yang rendah, maka untuk mempercepat pertumbuhan tanaman perlu pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Dengan memberikan bahan-bahan organik ke dalam tanah, tanah menjadi lebih dapat menyimpan air, lebih gembur dan juga akar cukup mendapat oksigen. Pada tanah yang gembur akar lebih mudah menembus tanah. Selain itu air penyiraman akan lebih mudah masuk ke dalam tanah yang lebih dalam. Karena pupuk organik juga banyak mengandung mikroba, maka kesuburan hayati tanah akan dapat meningkat pula.
Jumlah pupuk yang diberikan untuk setiap tanaman juga harus diperhatikan benar. Jika pupuk yang diberikan terlalu sedikit, maka hasil pemupukan tidak begitu nampak hasilnya. Sebaliknya jika jumlah pupuk yang diberikan terlalu banyak, tanaman akan menderita keracunan.
Mengingat pupuk TSP agak sukar larut dalam air dan ketersediaannya bagi tanaman lambat, maka pupuk ini biasanya diberikan pada saat tanam. Pupuk urea diberikan sedikit pada saat tanaman telah berumur sebulan dan pemberian dengan dosis sebenarnya hanya diberikan setelah tanaman terlihat pertumbuhannya. Pupuk urea yang diberikan terlalu awal dan dalam jumlah yang besar akan mengganggu pertumbuhan tanaman, karena akar masih belum cukup kuat.
Yang harus diperhatikan dalam peletakan pupuk adalah sebagai berikut:
- Meletakkan pupuk tidak terlalu dekat ke pohon. Tempat pupuk diletakkan di sekeliling pohon sebaiknya antara 3/4 sampai sama dengan jari-jari lebar tajuk.
- Tidak terlalu dangkal. Jika terlalu dangkal maka yang akan memanfaatkan pupuk tersebut mungkin hanya rerumputan yang perakarannya berkeliaran di sekitar permukaan tanah dan pupuk mungkin mengalami penguapan.
- Juga tidak terlalu dalam. Selain aplikasinya sulit juga melalui proses pencurian pupuk ini akan terbawa hanyut ke lapisan yang lebih bawah dari mintakat perakaran.
e. Penyanggaan/Pengairan
Tanaman yang baru ditanam perlu penyangga buatan sampai tanaman tersebut dapat menahan bebannya sendiri melalui penahanan dan cengkraman akar-akarnya. Jika tidak diberi penyangga dengan hembusan angin yang kecil saja tumbuhan akan mudah sekali roboh.
Untuk pohon yang sangat kecil dapat dipergunakan ajir yang terbuat dari bambu atau kayu satu batang yang ditancapkan dekat tanaman. Tanaman diikat dengan menggunakan tali. Ikatan tali pada batang tidak boleh terlalu kencang, karena dapat mencekiknya. Simpul ikatan yangbaik adalah simpul angka delapan.
Untuk tanaman yanglebih besar dipergunakan kayu atau bambu dua buah yang ditancapkan ke tanah dan dua bilah lagi sebagai penggepit pohon. Bilah penggepit ini dipakukan pada bilah yang ditancapkan. Agar pohon tidak bergerak ke satu arah, maka bilah penggepit ini disekat lagi dengan bilah penghalang.
f. Pembalutan
Pohon yang kecil perlu dibungkus dengan bahan yang lembut untuk melindungi dari sengatan matahari, serangan penggerek batang, cakaran dan gigitan binatang.
Pembalutan dimulai dari permukaan tanah sampai ke cabang-cabang utama yang besar. Pembalutan dilakukan sedemikian rupa untuk menghasilkan pembalutan yang menyeluruh, agar seluruh bagian batang betul-betul terlindung dari bahaya tersebut di atas. Balutan dibiarkan satu atau dua tahun sampai pohon itu dianggap kuat.
g. Pemangkasan
Pohon besar yang ditanam dengan sebagian besar akarnya dipotong harus dilakukan pemangkasan cabang dan daun. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi daya evapo- transpirasi daun yang akan jauh lebih besar daripada kemampuan akar dalam menyerap air dari tanah.
Pemangkasan dapat dilakukan pada saat pohon tersebut digali di tempat asalnya atau dapat pula di tempatnya yangbaru yaitu sebelum penanaman dilakukan. Pemangkasan yang dilakukan pada saat penggalian bibit sangat dianjurkan untuk pohon yang dipindahkan dengan sistem akar terbuka. Pemangkasan akan mengurangi berat tanaman pada saat pencabutan dan pengangkutan. Di samping itu juga dapat memperkecil kehilangan air selama transportasi.
Jika pohon terlalu lebat, daunnya dapat dikurangi sampai 75%. Walaupun demikian pemangkasan tidak boleh dilakukan sedemikian rupa sampai merusak bentuk asli dari pohon.
Apabila pohon dipindahkan dengan sistem putaran, pemangkasan tidak perlu terlalu banyak, hanya di bagian puncaknya saja dan dilakukan pada saat penanaman.
h. Pemberian Hormon
Sejumlah zat pengatur tumbuh yang diberikan untuk merangsang pertumbuhan tanaman telah banyak ditemukan semenjak 50 tahun belakangan ini. Hormon dan zat pengatur tumbuh ada yang bekerja merangsang pembentukan akar, daun atau bunga dan buah. Beberapa jenis seperti IBA (indole-butyric-acid), NAA (Naphthalein-acetic-acid), 2,4-D, IAA (Indole-acetic-acid) dijual dalam beberapa merek dagang.
NAA (Naphthalein-acetic-acid) yang dicampur dengan Thiaminemono-nitrate dijual dengan nama Vitamin B-1. Larutan ini dapat dipergunakan untuk mengurangi guncangan (shock) akibat penanaman. Pemakaiannya dicampur dengan air menurut petunjuk pabrik.
Pemberian larutan ini dapat dilakukan tiap minggu atau dua minggu sekali selama beberapa bulan sampai tanaman itu dapat hidup mandiri.
2. Perawatan Luka pada Batang
Pohon redwood di Piercy, California, mempunyai tinggi 76 m berumur 2000 tahun masih hidup dan tumbuh walaupun mempunyai luka bekas kebakaran lebih dari seratus tahun yang lalu (Haller, 1986). Hal ini dikarenakan, luka pada pohon tersebut telah dirawat dengan baik.
Pohon yang sempurna memiliki permukaan kulit yang mulus mulai dari akar sampai ujung batang. Namun jika pohon tersebut dikuliti, terpotong, dipukul atau dibakar, maka akan dapat terbentuk luka yang kemudian akan berubah menjadi lubang.
Perlukaan pada jaringan kulit dan jaringan kayu harus disembuhkan, karena akan menimbulkan infeksi yang lebih berat, sehingga dapat membahayakan kelangsungan hidup tanaman tersebut.
Luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
- Luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja.
- Luka yan terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras.
Cara untuk mengobati luka kulit pohon reltif sederhana. Dengan menggunakan pisau yang runcing dan tajam daerah tepi kulit yang luka dipotong/diiris tipis dengan bentuk elif dan sejajar dengan aliran hara/pohon. Bagian yang baru dipotong tersebut kemudian diberi fungisida dan ditutup dengan shellac, lilin, malam atau parafin cair. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penguapan dan penyakit. Penyakit yang dapat menyerang misalnya cendawan Phytophthora parasitica (Wudianto, 1989). Proses ini disebut tracing atau scribing.
Perlindungan luka kayu dengan pengecatan/pengolesan dengan bahan pencegah penyakit pada areal luka yang besar dianjurkan untuk dilakukan 4 - 6 bulan sekali. Hendaknya tidak digunakan kreosot atau karbolineum, karena bahan pengawet ini merupakan racun untuk jaringan hidup (Haller, 1986).
Usaha perawatan terhadap lubang luka terdiri dari :
- Membuang jaringan kayu yang mati dan rusak yang dapat menjadi sarang hama dan sumber penyakit.
- Membersihkan dan membentuk lubang agar menjadi lebih terbuka.
- Mengecat dan menutup luka dan khususnya terhadap kambium yang terbuka.
- Membuat saluran drainase.
- Menyehatkan bagian dalam tanaman.
- Pengisian lubang untuk memperoleh penampilan yang baik serta untuk mengurangi kemungkinan lubang tersebut menjadi tempat persembunyian binatang berbisa dan hama.
Kegunaan perlakuan tersebut selain untuk penyembuhan luka itu sendiri juga mempunyai kegunaan:
- Menyediakan permukaan yang kuat memungkinkan jaringan kalus baru dapat tumbuh untuk merangsang penyembuhan luka tersebut.
- Memperkuat pohon melalui perawatan dari dalam, sehingga jaringan kayu dapat tumbuh lebih banyak yang akan menjadi pohon lebih kuat.
- Menghilangkan sumber penularan hama dan penyakit serta menghilangkan tempat persembunyian ular dan binatang berbahaya lainnya.
- Memperbaiki citra/penampilan pohon secara keseluruhan.
Bahan-bahan pengisi lubang yang dapat dipakai adalah : potongan kayu, karet, aspal yang telah dicampur dengan serbuk gergaji bahkan ada juga yang menyarankan untuk digunakan semen. Sebagian orang menganggap pengisian dengan semen tidak disukai karena bahan ini berat dan terlalu keras, sehingga mempunyai kemungkinan proses penyembuhan pohon ini malah menjadi terganggu karena adanya bahan tersebut.
3. Pemangkasan
Pemangkasan dimaksudkan untuk membuang bagian dahan/ranting tertentu untuk mendapatkan bentuk tertentu (seperti binatang), mengendalikan pertumbuhan tinggi pohon, membuang bagian yang terkena penyakit, untuk keselamatan (jika patah dikhawatirkan dapat mengancam keselamatan pemakai jalan raya atau karena dahan dapat mengganggu kabel listrik dan telepon), untuk memberikan kesempatan bagi pohon lain untuk tumbuh lebih baik atau untuk mempercepat munculnya bunga.
4. Penebangan
Pohon-pohon yang harus dihilangkan adalah pohon-pohon yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
 | Mati, |
 | Membahayakan, |
 | Saling berhimpitan, |
 | Pohon terkena penyakit dan dapat mengancam pohon-pohon lain, |
 | Pohon-pohon pada jalur jalan dan bangunan, |
 | Mengganggu jalur listrik dan telepon. |
Beberapa metoda yang dapat dipergunakan untuk menebang pohon adalah :
a. Tumpangan (Toping)
Cara ini sangat biasa dipakai untuk menebang kayu di hutan. Penebang (belandong) pertama-tama akan menentukan arah rebah. Takik rebah dan takik balas dibuat baik dengan gergaji maupun dengan kapak. Cara ini hanya dapat dilakukan di daerah yang luas dan jauh dari jalan raya, pemukiman, jalur listrik, telepon dan lain-lain.
b. Penggalan (Sectioning)
Pemanjat pohon yang telah dilengkapi dengan tali pengaman yang dikaitkan ke tubuhnya kemudian memanjat pohon. Pemanjat menuju cabang pertama kemudian memotong dengan gergaji mesin atau kapak dan memotong cabang tersebut. Kemudian naik lagi dan memotong cabang yang lain dengan cara bersandar pada cabang lain yang aman. Demikian selanjutnya, pekerjaan diteruskan sampai ke atas. Pada saat tersebut, orang yang berada di tanah memotong-motong cabang dan ranting yang baru jatuh.
Setelah cabang-cabang terpotong, orang yang berada di bawah mulai membereskan cabang-cabang tersebut. Kemudian pemanjat turun dan pekerjaannya digantikan oleh yang lain untuk memenggal pohon bagian demi bagian yang dimulai dari bagian atas.
Bila pohon yang hendak ditebang memiliki dahan yang panjang, melintang di atas rumah, pagar, tanaman berharga dan kabel listrik, maka salah satu cara adalah dengan menggunakan tali.
Pengikatan, pemotongan dan penurunan, bagian demi bagian, walaupun ketinggalan jaman, tetapi kadang-kadang merupakan jalan yang terbaik.
c. High-lining
Cara lain yang menarik adalah high-lining. Jika pohon yang akan dipotong dikelilingi oleh benda-benda berharga yang tidak dapat disingkirkan, maka cabang dapat dipotong bagian demi bagian dan dijatuh-arahkan ke sasaran yang diinginkan. Cara ini dapat dilakukan dengan jalan menambatkan salah satu ujung tambang yang kuat pada pohon dan ujung lain di lokasi sasaran yang menjadi tempat jatuhnya bagian-bagian pohon. Tambang tersebut diusahakan mempunyai sudut kemiringan yang cukup. Tidak terlalu tajam, agar bagian pohon tidak meluncur dengan kecepatan yang sangat tinggi, namun sebaliknya tidak terlalu landai. Jika sudut kemiringan tambang terlalu landai, maka jatuhnya dahan tersebut mungkin akan terganggu, bahkan terhenti selain itu membutuhkan areal yang lebih jauh. Operasi pemindahan potongan cabang pohon ini berdasarkan gaya gravitasi. Dengan cara ini semua cabang dapat dipindahkan ke tempat lain dengan aman. Penebangan pohon dilakukan seperti pada cara penggalan.
d. Potong bawah (Bottoming)
Penebangan dengan cara menumbangkannya serta pembagian batang bagian demi bagian dari ujung sampai ke pangkal merupakan dua cara standar dalam penebangan pohon. Cara lainnya yang jarang ditemui adalah potong bawah (bottoming). Cara ini merupakan kebalikan dari cara yang telah dijelaskan terlebih dahulu (Haller, 1986).
Teknik ini hanya dapat dilakukan bila ada satu atau lebih pohon lain yang berukuran sama atau lebih besar di dekat pohon yang akan ditebang. Dalam cara ini, tali diikatkan di sekeliling tajuk pohon yang akan ditebang ke pohon yang tidak ditebang. Pohon yang telah diikat dengan tali di sekitar puncaknya kemudian bagian pangkalnya digergaji. Bagian pangkal/bawah dari pohon dipotong dengan posisi tetap berdiri. Panjang bagian batang yang dipotong sesuai dengan yang dikehendaki. Setelah pemotongan pohon diturunkan dengan cara mengulurkan tali sambil menjaga agar batang tetap tegak, kemudian sedikit demi sedikit pohon dipotong lagi. Demikian seterusnya sampai pohon habis terpotong.
Telah dijelaskan pada Bab I bahwa dalam sejarah perkembangan peradabannya, manusia semula selalu bersahabat dengan alam. Rumah tempat tinggal manusia yang dekat dengan hutan, akan akrab dengan flora dan fauna. Sedangkan yang tinggal dekat dengan laut sangat akrab dengan deburan ombak, hembusan angin, hutan pantai dan bakau. Namun dengan berkembangnya pemukiman dari desa yang kecil dan sederhana menjadi kota yang besar dan kompleks mengakibatkan terjadinya pelepasan diri manusia bahkan ada kecenderungan untuk "menghancurkan" hutan. Hasilnya baru kemudian dirasakan adalah menurunnya kualitas lingkungan hidup.
Beberapa kota besar telah membangun dan mengembangkan hutan kota untuk mengantisipasi masalah tersebut di atas, namun ada juga pembangunan hutan kotanya masih dalam tarap perencanaan.
Fraksi Karya Pembangunan DPRD Tingkat I Bali pada tanggal 25 April 1991 telah mengajukan pertanyaan kepada Pemerintah Daerah Tk I tentang rencana pembangunan hutan kota di propinsi Bali. Juru bicara fraksi tersebut lebih lanjut menegaskan bahwa jangan sampai tanah sudah habis dibangun, baru mencari tanah untuk hutan kota (Pedoman Rakyat, 25-4-1991).
Pada tanggal 2 Mei 1990 Wahana Lingkungan Hidup Indonesia juga mempertanyakan tentang realisasi pembangunan hutan kota di Jakarta. Target penghijauan di Jakarta baru terealisasi 10% saja (Kompas, 26-10-1990). Padahal menurut rencana luasan lahan yang harus dihijaukan adalah sekitar 40% dari luas 650 km2. Menurut Rencana Induk 1965-1985 (tahun 1977) luasan lahan yang harus dihijaukan di Jakarta adalah 23.750 Ha (Kompas, 26-10-1990). Pada kenyataannya taman-taman di Jakarta sebanyak 181 dari 394 taman telah berubah fungsi menjadi lokasi pedagang kaki lima, gardu listrik, pompa bensin dan kantor RW (Suara Pembaruan, 2-5-1990).
Soeriatmadja dalam Seminar Penghijauan Kota yang diselenggarakan oleh Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung dan Pikiran Rakyat menyatakan tahun 1961 kota Bandung yang luasnya 8.098 Ha terdiri dari taman alam dan buatan seluas 3.431 Ha. Namun setelah 20 tahun kemudian hanya tinggal 716 Ha saja (Suara Pembaruan, 29-1-1991). Perhitungan yang dilakukan berdasarkan pendekatan kebutuhan oksigen berdasarkan Rumus Gerakis pada tahun 1988 di Kotamadya Bandung mestinya sudah harus tersedia penghijauan sebesar 5.093,61 Ha (Ryanto, 1989).
Beberapa hambatan yang dijumpai dan sering mengakibatkan kurang berhasilnya program pengembangan hutan kota antara lain:
- Terlalu terpaku kepada anggapan bahwa hutan kota harus dan hanya dibangun di lokasi yang cukup luas dan mengelompok.
- Adanya anggapan bahwa hutan kota hanya dibangun di dalam kota, padahal harga lahan di beberapa kota besar sangat mahal. Harga tanah misalnya di Jakarta di kawasan Jl. Jend. Sudirman Rp. 5,5 juta/m2, di Jl. Gatot Subroto Rp. 3,5 juta/ m2 dan di kawasan Jl. Rasuna Said Rp. 2,2 juta/m2 (Suara Pembaruan, 7-11-1990).
- Adanya konflik dari berbagai kepentingan dalam peruntukan lahan. Biasanya yang menang adalah yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Karena hutan kota tidak mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, maka lahan yang semula diperuntukkan bagi hutan kota, atau yang semula telah dibangun hutan kota, pada beberapa waktu kemudian diubah peruntukannya menjadi supermarket, real-estate, perkantoran dan lain-lain.
- Adanya penggunaan lain yang tidak bertanggung jawab seperti:
- Bermain sepak bola,
- Tempat kegiatan a-susila,
- Tempat tuna wisma,
- Pohon sebagai tempat cantolan kawat listrik dan telepon,
- Pangkal pohon sering dijadikan sebagai tempat untuk membakar sampah,
- Sebagai tempat ditancapkannya reklame dan spanduk.
- Vandalisme dalam bentuk coretan dengan cat atau goresan dengan pisau.
- Gangguan binatang : anjing, kucing, tikus dan serangga.
Beberapa upaya penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan- hambatan tersebut di atas antara lain:
- Hutan kota dapat dibangun pada tanah yang kosong di kawasan : pemukiman, perkantoran dan industri, tepi jalan, tikungan perempatan jalan, tepi jalan tol, tepian sungai, di bawah kawat tegangan tinggi, tepi jalan kereta api dan berbagai tempat lainnya yang memungkinkan untuk ditanami.
- Pengukuhan hukum terhadap lahan hutan kota. Dengan demikian tidak terlalu mudah untuk merubah kawasan ini menjadi peruntukan lain.
- Pembuatan dan penegakan sanksi bagi siapa yang menggunakan lahan hutan kota untuk tujuan-tujuan tertentu di luar peruntukannya.
- Sanksi yang cukup berat bagi siapa saja yang melakukan vandalisme.
- Melindungi tanaman dengan balutan karung atau membuat pagar misalnya dari bambu, agar binatangtidak mudah masuk dan merusak tanaman.
Masalah hutan kota yang paling mendasar hingga saat ini adalah : (1) dukungan dari penentu kebijakan, (2) dukungan finansial, (3) dukungan masyarakat, dan (4) tenaga ahli. Oleh karena itu untuk memperoleh keberhasilan pembangunan dan pengembangan hutan kota di Indonesia dukungan-dukungan seperti yang telah disebutkan di atas perlu disempurnakan secara sungguh-sungguh. Ilmu hutan kota merupakan suatu disiplin ilmu yang relatif baru, namun sangat perlu dan segera harus dikembangkan, karena mempunyai keuntungan antara lain:
-
Melalui penyuluhan hutan kota kepada masyarakat dapat disampaikan tentang pentingnya menciptakan lingkungan hidup di perkotaan yang sehat, indah, bersih, nyaman dan alami, sehingga dapat dijadikan sebagai komponen pelengkap dalam mewujudkan kemajuan, ketahanan dan masa depan bangsa Indonesia. Usaha penataan kota seperti yang telah dilakukan oleh beberapa kota seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya dan beberapa kota besar lainnya diharapkan akan berjalan lebih pesat lagi dan dapat diikuti dengan beberapa kota lainnya.
-
Turut mengembangkan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup di perkotaan.
-
Sebagai salah satu bukti nyata tentang keterlibatan disiplin ilmu kehutanan dalam memecahkan masalah lingkungan global.
-
Menciptakan lapangan kerja baru bagi sarjana kehutanan dan lulusan sekolah dibawahnya.
-
Turut serta dalam menangkal kampanye Anti Penggunaan Kayu Tropis.
-
Turut mensukseskan program kunjungan wisata ke Indonesia.
-
Mengubah persepsi masyarakat barat yang tidak tepat.
-
Membantu pemerintah dalam program udara bersih (PRODASIH)
|